It's all about KKN

Alhamdulillah... akhirnya KKN selese juga.. Well, beda banget rasanya kayak pas mo berangkat KKN. Waktu tanggal 1 Juli kmaren pas berangkat KKN, rasanya hampir sama kayak orang yang mati rasa. Datar aja, sedih gak seneng juga gak. biasa aja, hahaha.. Dan sebulan mampu mengubah rasa biasa itu. Semuanya jadi penuh warna..

Awal-awal KKN semuanya terasa aneh aja, biasa sendirian tiba-tiba jadi rame orang dalam satu rumah. Makan bareng, nonton tv bareng, jalan-jalan bareng, tidur bareng.. Dan sebulan dah bikin semua kayak satu kebiasaan. banyak cerita KKN yang jadi pelajaran dan pengalaman buat aku. Dan itu pasti bakal berguna buat aku nanti.

16 orang yang beda karakter dalam satu kelompok emang banyak, tapi itu adalah suatu kesenangan sendiri bisa ada di antara mereka. Ana, ifa, itha, uwi, tia, niken, dimas, cumi, adi, abay, bang fuad, taupan, dika, bong, lim. Alhamdulillah banget punya temen kayak mereka, yang sangat sangat baik ma Lala. Dan juga desa tempat KKN yang sangat sangat menyenangkan.

Main ke bunter, sungai ranto, ngajar di sd, pekan olahraga, cuci tangan di sd, lomba-lomba di sd, posyandu, naik gunung pataka, cijolang,,, semuanya seruuuuuu... Capek pastilah ada, tapi semua kebayar sama tawa kita semua. Mulai dari main di bunter bikin tembikar trus ifa mimisan sampe terakhir ke gunung pataka, semuanya penuh dengan tawa.

Dari KKN di Patakaharja ini sangat amat memuktikan omongan papa aku yang bilang kalo aku gak pantes jadi anak gunung. Ya, karena akunya kalo jalan suka gak ati-ati, sering kesandung, sering kepleset, dan lain-lain. hahaha..

Dan KKN membuat saya untuk tidak autis sendiri lagi. Setiap malem di rumah KKN ada aja yang dilakuin bareng. Maen UNO, maen tebak-tebakan, maen rubik, ngobrol sana sini, jalan-jalan, maen monopoly, maen ular tangga, ludo, kartu cepek, apapun lah yang penting ramean. Dan itu sangat sangat menyenangkan. Hahaha...

Dan sekarang, selese udah KKN. Ninggalin Patakaharja, ninggalin Denas ma Abil, gak bareng-bareng serumah lagi, gak ada lagi cemong-cemong maen UNO.. sediiiiiiiiiiihhhhh...
aku gak nangis pas tadi pergi dari Patakaharja, tapi kenapa sekarang pengen nangis gini ya? Gak ada lagi rame-rame gosip di kamar sebelum tidur, gak ada lagi ngobrol-ngobrol ampe dini hari, gak ada lagi maen UNO mpe jam 1 pagi.. sediiiihhh.. yang ada sekarang sendirian aja di kamar kosan. Dan saya bosan. bosan kayak waktu aku sepanjang sora ngajakin kalian jalan-jalan. bosen banget...!!!
mo maen UNO tapi cuma sendiri, maen monopoli juga cuma sendiri... T.T
aduhhh, masa aku autis sendiri lagi balik ke nangor gini? ketemu ma jalan yang rame truk lagi, ktemu macet lagi, ktemu tugas litbang lagi, kampus lagi,,,

MAEN UNO YUUUKKK... ATO GAK MONOPOLI DEHHHH... MAENNN YUUUUUKKK...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Saya dan persiapan KKN

Yeahh.. KKN..
Well.. akhirnya gw sampe di titik ini.. KKN.
Tempat gw KKN di Patakaharja, Rancah, Ciamis.. kurang lebih 3 jam lah dari rumah... hahah..
Tapiii.. asli deg2an dan males gilaaa..hahaha...
barang bawaan seabreg buat sebulan mule dari kaos ampe apa ajalah yg bisa bikin gak mati gaya di sana.. hahhaa
Bawaan gw adalah satu koper lumayan besar, satu tas lumayan besar, sama tas gendong kecil..koper isinya baju, jaket, bantal, selimut... tas isinya hitter, sabun2an, makanan, senter, abreg2an klo kata anbel.. tas kecil isinya buku, pulpen, dompet, Al Quran..
tadinya gw ngotot mau satu koper sama satu tas.. tapi emang itu gak mungkin.. karena emang gak cukup..hahah

Packing pertama dari hari minggu tapi cuma setengah karena gw ga ada bayangan apa aja yg perlu dibawa.. jadi deh malem sebelum berangkat packing total..
packing malem ini dibantuin sama teh nita, teh loa, teh ela ma fani..,, sambil ngedengerin keong racun.. hahah

asli deh, gw males KKN juli ini.. knapa ga juni kmaren aja sih.. knapa? karena juli ini adalah bulan terakhir teteh2 kosan di kos krn pada mo pindah.. huhu
jadi weh,, bsok gw pulang kkn dah pada pindah.. dan di juli ini bakal ada acara ngeliwet bareng dan gw melewatkan..
huwaaaaaaa...

so, mau gak mau, gw harus ikut KKN juli ini. gw gak mau mundur KKN ke januari bsok.. januari bsok gw harus dah mule job training.. gw pengen cepet lulus...
dan paling ga, KKN ini gw dikasih waktu buat pulang 3 hari.. sip lah.. kata si papa "iya, ntar dijemput klo mau pulang".. hehhe

YUP, tgl 1 juli ini saya harus brangkat KKN ke ciamis jam 6 pagi.. bakal kangen banget sama kamar kos aku tercinta, anak kosan, surabi telur si ibu, nasi goreng aceh, internet, capcay starcom, laptopku tersayang,,, so, wish me luck yaaa... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Ketika Waktu (Tak) Berpihak

Jika waktu bisa aku balikkan
Maka aku memilih waktu itu
Ketika aku masih memiliki kesempatan…


Entah sudah berapa lama aku tak bertemu dengannya. Mungkin dia sudah berubah, atau masih sama seperti dulu. Dan sekarang, aku menunggunya. Di café tempat kami biasa berbincang dulu, beberapa tahun lalu. Sudah 15 menit aku menunggunya, dia tak kunjung datang. Aku masih menunggunya ditemani segelas ice chocolate. Oh, aku melihatnya. Dia. Berjalan ke arahku, dia datang. Kemeja biru muda dengan celana hitam. Oh, dan kacamatanya, dia masih memakai kacamatanya. Tak ada yang berubah darinya. Dia masih seperti dulu.

“Kau sudah lama menunggu?”, tanyanya.

“Tidak. Baru lima belas menit”, jawabku dengan senyum sempurnaku.

Masih aku ingat betapa senangnya aku mendapat message darinya. Dua tahun aku tak mengetahui kabarnya dan semalan dia mengirimku message untuk bertemu di café ini. Dan dia masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya, dua tahun lalu. Tak ada yang berubah darinya.

“Di mana kau sekarang? Aku tak mendengar kabarmu sejak dua tahun lalu”, tanyaku sedikit berbasa-basi. Ya, aku menyimpan penasaranku sejenak. Aku penasaran apa yang menyebabkan dia mengajakku bertemu di sini.

“Kau mencariku? Aku pindah bekerja ke Surabaya. Sengaja tak memberi kabar biar kalian mencariku, haha..”, candanya.

Kali ini, aku yakin dia masih persis sama seperti dulu. Selera humornya, tawanya, dan cara dia memperlakukanku. Semua masih sama.

“Kenapa kau masih saja narsis?”, tanyaku sambil berpura-pura marah.

“Hahaha… Kau tidak berubah Bella. Aku narsis? Kau lebih narsis, hahaha…”, balasnya.

Aku hanya bisa tersenyum. Ah, Ryan, kau tak pernah berubah sejak dua tahun lalu. Dua tahun lalu ketika kau memilih meninggalkan kota ini tanpa memberi tahu siapapun. Dua tahun lalu ketika kau sakit hati pada kawanmu sendiri tentang seorang perempuan. Ah, seandainya saja kau tahu.

“Jadi, apa yang terjadi selama dua tahun ini? Selama aku tak di sini?”, tanyanya semangat.

Aku tak tahu harus menjelaskan dari mana. Dari bagian kawannya yang menikah dengan pacar Ryan. Atau dari hidupku.

“Apa yang ingin kau tahu? Tentang Zara?”, tanyaku pelan. Zara, perempuan itulah yang membuat Ryan pergi dari kota ini. Perempuan itu yang mebuat persahabatan Ryan dengan Romy berantakan. Perempuan itu yang membuat aku tak bisa menghubungi Ryan selama dua tahun ini.

Wajah Ryan terlihat tenang. Tak ada rasa kesal di wajahnya. Bibirnya tersenyum tipis.

“Mereka menikah kan? Aku sudah tahu. Zara memberitahuku saat hari pernikahan mereka”, ujarnya tenang.

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Tak ada dendam dari nada suaranya. Mungkin dia ikhlas. Atau mungkin ini seperti apa yang dikatakannya ketika terakhir kali dia bertemu dengaku dua tahun lalu. “Zara bebas menentukan dengan siapa dia akan hidup. Mungkin Romy yang terbaik untuknya. Aku tidak pernah marah dengan hal ini. Aku hanya kecewa dengan sikapnya yang tak jujur”, kata Ryan. Nada suaranya sama saat dia bilang Zara telah menikah. Tenang dan tak ada dendam.

“Kau tak tanya mengapa aku ingin bertemu denganmu?”, tanya Ryan.

Tentu saja aku ingin tahu.

“Ya”, jawabku singkat.

Aku melihatnya menatap mataku dalam-dalam. Aku tak tahu apa maksudnya. Dia terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya ke arah keluar café, memandang orang-orang yang berlalu lalang. Selalu, aku tak pernah bisa menebaknya meski bertahun-tahun aku mengenalnya. Dia sangat sulit untuk dibaca.

Ryan kembali menatapku, lalu menunduk.

“Ada yang ingin kau katakan?”, tanyaku perlahan.

“Ya”, jawabnya singkat.

“Tentang apa?”, tanyaku.

“Tentang kita”, jawab Ryan.

Tiba-tiba saja aku tak bisa berkata-kata. Mataku terpaku padanya, mencari keseriusan di matanya.

“Dua tahun lalu, aku mulai menyadari ada sesuatu yang hilang ketika aku pergi dari kota ini. Bukan Zara. Aku bahkan tak merasakan sakit ketika Zara meninggalkanku. Saat itu aku bersama Zara tapi aku tak merasakan sakit ketika dia bersama Romy. Bukankah itu aneh?”, tanyanya sambil menatap mataku.

Aku tak tahu harus menjawab apa.

“Hmmm… Aku tak tahu.., maksudku, ya, itu aneh”, jawabku sedikit bingung.

Ryan menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napasnya.

“Saat itu juga aku merasa ada sesuatu dalam diriku. Ada sesuatu yang memaksaku untuk jujur pada diriku sendiri. Bukan Zara yang aku cari. Ada orang lain”, jelas Ryan.

Matanya menyiratkan dia mengatakan apa yang sebenarnya. Dia tak berbohong atau becanda kali ini. Dan aku di sini, menjadi ‘tong sampah’nya, mendengar semua cerita dan keluh kesahnya selama ini seperti tahun-tahun lalu.

“Siapa?”, tanyaku.

“Dia…. Ada di sini. Di depanku”, jawabnya sambil menatap mataku dalam.

Aku tak tahu maksudnya. Aku balas menatapnya, mencari keseriusan katanya.

“Ya, Bella. Kau yang selama ini ada di sini”, ujarnya sambil menunjuk dadanya. “Aku tak pernah menyadarinya bahwa selama ini aku mencintaimu sampai ketika aku pergi dua tahun lalu. Bahkan ketika bersama Zara pun, aku mencari sosokmu dalam Zara dan aku tak pernah menemukannya. Itu karena aku memang mencintaimu”, jelas Ryan.

Ah, Ryan, kau memang pandai mempermainkan hati perempuan. Kau bisa dekat dengan perempuan manapun yang kau mau dengan sifat ramahmu. Kau terlalu gampang memuji dan pandai mengambil hati mereka. Dan sekarang aku tak tahu keseriusanmu dan kebiasaanmu itu.

Aku masih menatap matanya dalam, masih mencari keseriusan ucapannya. Dengan dahu yang berkerut. Ya, aku tahu, matanya memancar keseriusan itu. Dia benar, dia serius.

“Sejak kapan?”, tanyaku.

“Sejak kelulusan itu. Saat aku mulai bisa membaca dirimu”, jawabnya.

“Kau membaca diriku? Kenapa selama ini kau tak membiarkanku membaca dirimu?”, tanyaku sedikit marah.

“Kau berusaha membacaku?”, tanyanya bingung.

“Ya. Kau tak pernah sadar itu? Selama ini kau artikan apa perhatianku?”, marahku.

Ryan mulai terlihat bingung melihat kemarahanku.

“Kau.. Aku tak pernah tahu.. Kau mencintaiku?”, tanyanya sedikit waspada.

“Sudah terlambat Ryan. Dua tahun ini aku selalu mencarimu, mencoba menghubungimu, tapi tak pernah bisa. Dua tahun ini aku ingin mengatakan semua padamu betapa aku mencintaimu. Tapi semua sudah terlambat”, marahku.

Aku melihatnya mengernyitkan dahi. Dia terlihat bingung. Perlahan dia menghembuskan nafasnya lalu mencoba tersenyum.

“Tak ada yang terlambat, Bella. Aku di sini. Kau baru saja mengatakan padaku. Tak ada yang terlambat”, ujarnya sambil tersenyum.

“Tidak Ryan. Aku.. aku akan menikah besok. Seandainya kau pulang lebih cepat, kau tidak akan pernah terlambat”, ujarku pelan sambil menatapnya. Aku melihatnya terkejut. Kulangkahkan kakiku menjauhi meja kami, berjalan menjauhinya lalu keluar café. Ryan masih duduk termangu. Tatapan matanya kosong. Mendengarnya mencintaiku adalah hal terindah dalam hidupku. Namun aku sangat sakit, menyakitinya seperti ini. Ah, Ryan, seandainya saja kau pulang lebih cepat…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tragedi Parhon, sesaat sebelum liburan

Saya udah di rumah.. dan itu sangat menyenangkan.
Hari sabtu lalu gw pulang setelah sebelumnya gw ke Tasik buat ke nikahan Ami. Pagi-pagi gw nyiapin baju buat gw bawa pulang dan siap-siap kondangan. Akhirnya gw mwmutuskan pake rok. Gtw kenapa, naluri cewe gw lagi keluar jadi weh pake rok.
dah dandan cantik gtu ada fakta yang sangat memberatkan, gw harus bawa ransel besar berisi baju dan laptop gw. Yap, gw bawa2 gembolan ke kondangan. Yasudahlah, daripada pulang ga bawa baju..

Jam 9 gw ke tempat anbel dengan kostum kondangan dan gembolan gw dan gw cuma menemukan anbel sendiri di sana. Belum ada yg datengggg....!!! Jam 10 baru komplet deh yg mo ke nikahan Ami, yaitu gw, anbel, erni, lingga, gifar, n anju. eh blum komplet, si Cahoy belum dateng karena dy kesiangan dan jam 10 itu dy masih nunggu bis di Cimahi buat ke nangor. Akhirnya diputuskan Cahoy ditinggal dan ketemu di Tasik aja. Jadilah kita naek angkot dulu ke Dangdeur dan melanjutkan ke Tasik naik bis.

Sayangnya, kita dapet bis yg bisnis ac yg harganya di luar perkiraan kita: 25 ribu. Padahal kita rencananya mo naik bis ekonomi yg ke tasik yg 8ribuan.. tapi batal.. nyampe tasik kita suruh turun di PARHON dan dijemput kakak Ami. Setengah jam di PARHON blum ada akang ganteng yg berbatik ungu (kyk yg dikasih tw iken) keliatan. Bakso bumbu+kecap 3 porsi dah abis dimakan bareng, tp si kakak Ami belum keliatan. Jam 1 lebih baru deh ketemu dan diputuskan kita nunggu si Cahoy yg waktu itu dah nyampe di Pamoyanan. Si lingga nyuruh Cahoy turun di pertigaan PARHON dket bengkel ban yg ada tulisan DUNLOP. Tapi inilah awal tragedi itu sodara2..

Pas kita liat bis Primjas yg dinaikin cahoy dateng, kita dah siap2 tuh berdiri nunggu cahoy. tapi ternyata bis itu lewat begitu aja. Ternyata Cahoy dah turun di PARHON yang deket SD. Pas ditelpon ana, cahoy di suruh naik angkot ke pertigaan PARHON deket DUNLOP tmpat kita berada. Dan ini lebih dket dengan tragedi itu. Lama gak muncul, si cahoy ditelpon lagi. Katanya "gw dah naik angkot ini. tapi angkotnya masuk ke jalan kecil, buakan jalan besar". Yak, tepat sekali, cahoy nyasar.
Si lingga kemudian ngomong ke cahoy..
Lingga : "bukan masuk jalan kecil hoy. ke jalan besar. kmu teh tadi harusnya lurus aja. Naha kmu masuk jalan kecil?"
Cahoy : (kagak jelas ngomong apa, kan telponan dy ma lingga)
Lingga : "Ywda, kmu balik aja. Choy,, loh.. ini siapa? Lho.. kok abangnya.. Ih.. naha dikasih sama supir angkot? loohh kok saya yg ngomong sama abang angkot?"
Anak2: huahahahahahahahhahahahahah....

Ya akhirnya kita balik lagi ke SD tempat Cahoy nyasar itu. Baru deh Cahoy ketemu dengan muka nyaris putus asa nyari PARHON.
Cahoy : "supir angkotnya aneh ih. Tadi gw mau naik angkot bilang Parhon masa gak boleh. Maksudnya ya biarlah klo gw salah juga, kan gw juga bayar. eh malah disuruh naik angkot yang itu. giliran naik angkot yang itu trus gw salah jalan, minta turun malah gak boleh. Aneh kan supir angkotnya."
hahaha,, sumpah donk ya,, kasian bgt tuh anak,, nyasar gtu
Cahoy : "Sumpahlah, tadi klo gak ketemu dah mau pulang aja."
Gw : "Ah lo hoy, di gunung aja berani masa di kota gini gak berani"
Cahoy : "Beda la, klo di gunung kan ada peta bisa baca tuh peta. Klo di kota gini nanya orang malah meyesatkan".

Akhirnya, kita sampai di nikahan Ami. Dan Ami cantik bgt..!!
Foto-foto sama pengantin, foto2 sendiri, makan ini makan itu, ngerampok souvenir nikahan Ami, seru lah.. hihihi..
Anyway, SELAMAT YA AMI..!!
Di rumah ami tuh mpe jam setengah 5, baru deh abis itu gw nebeng ma wikan dan bokapnya buat ke terminal bisa buat balik ke cilacap. Dan ternyata terminal bisnya jauh sekali... hahaha..
Gw akhirnya naik bis yg tasik-semarang via kebumen-gombong. Dari tasik jam setengah 6 sore dan gw turun di wangon jam 9 malem. Capek? gak sih, cuma ngantuknya aja yg gak nahan.. hahhaaha...

HAPPY HOLIDAY GUYS... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tak Tahu dan (mungkin) Takkan Pernah Tahu

Senja mulai datang. Tak sendiri, bersama angin sepoi yang menungguku di sini. Di pantai tenang ini. Sepi dan senja serta berteman angin, hanya ada aku yang duduk di sini, di tepi pantai. Sesekali ombak datang menyapa lalu pergi lagi. Aku menikmatinya, menikmati kemesraanku dengan senja di pantai ini. Entah mengapa aku menikmati suasana ini. Aku merasa begitu tenang. Memulai ceritaku pada alam dalam diam yang takkan pernah dimengerti siapapun.

Dia seperti ombak itu, datang sebentar lalu pergi. Tak pernah tinggal lama untuk menemaniku. Hanya sejenak, memberi senyum, lalu kemudian menghilang. Ah, kau sangat pintar mempermainkan perasaan. Kau dan permainan teka tekimu ini. Bagaikan bermain peran lalu peranmu selesai. Tak berlanjut. Sedangkan aku, seperti penonton yang menyaksikanmu bermain peran mempermainkan setiap hati atau aku yang menjadi objek permainanmu. Entahlah.

Aku berusaha memberi batas dari awal. Aku bahkan tak tahu awalnya. Entah dari mana aku memberi batas, entahlah, aku sudah lupa, tak tahu lebih tepatnya. Entah sudah berapa kali aku terbawa permainanmu. Aku selalu tersenyum saat melihat kau dan dia. (Berpura-pura) senang melihat kau dan dia. Awalnya aku masih berada dalam batas yang aku buat. Tapi sekarang, aku tak tahu lagi di mana batas itu. Aku tak bisa melihat batas itu lagi dan membiarkanku terus saja terbawa arus. Aku senang? Muak aku dengan semua perasaanku sendiri, dengan tawaku, senyumku, sedihku, semua rasaku.

Aahh.. aku benar-benar lelah.. Kau datang menghilang, selalu. Ingin aku hentikan semua dan memberi batas lagi. Tapi kau terlalu pandai hingga aku tak mampu lagi memberi batas. Permainanmu benar-benar tak dapat dimengerti. Aku tak tahu dengan semua permainanmu. Dan mungkin aku takkan pernah tahu maksud semua sikapmu, permainanmu. Apa yang kau cari?

Senja semakin redup. Laut semakin merangkul dingin badanku. Camar itu datang dan berteriak menyemangatiku. Aku sudah tak peduli. Aku sudah penat dengan permainanmu dan batas yang aku langgar sendiri. Ombak masih saja menderu di hadapku seakan dirimu yang terus saja datang dan pergi. Dan seperti diriku yang masih saja belum dapat membacamu sepenuhnya.

Bintang mulai muncul dan senja semakin meninggalkanku. Senja itu sudah mendengarkan semuanya. Tentang rasaku. Tapi kau belum mendengarnya. Aku yang tak mau memberitahumu. Aku yang membiarkan semua begini.

Senja, hanya ini yang ingin aku bagi denganmu sore ini. Aku tak tahu bagaimana nanti karena bukan aku yang mengatur permainan ini.

Aku berdiri meninggalkan pantai berbalik arah ke rumah. Meninggalkan senja di pantai itu dan meninggalkan jejak langkah di pasir putihnya. Lalu berbisik pelan, "Ini beda. Bohong kalau aku bilang aku tidak menyayanginya"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments