Pentingnya Strategi Bersaing bagi Pengusaha Sepatu

Toko-toko sepatu itu berjejer hampir di sepanjang Jalan Cibaduyut, Bandung. Ya, jalan Cibaduyut memang terkenal dengan sepatunya. Di Jalan Cibaduyut inilah sepatu dibuat dan dipasarkan, mulai dari sepatu anak-anak hingga dewasa.Sepatu ini dihasilkan oleh produsen lokal, asli Indonesia yang merupakan usaha mikro dan kecil.
Usaha mikro dan kecil diperlukan bagi suatu negara karena usaha mikro dan kecil dapat menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Dengan demikian usaha mikro dan kecil mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian negara.
Di Bandung sendiri, usaha mikro dan kecil mengalami kenaikan pada tahun 2003 hingga 2005. Hal ini terlihat dari nilai tambah bruto dan peranan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mengenai Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Peranan Menurut Skala Usaha, terdapat kenaikan sebesar 43,81% pada tahun 2003, 44,21% pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 44,30%. Dalam tiga tahun tersebut menunjukkan peningkatan peranan usaha kecil terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB).
Ya, usaha sepatu di Cibaduyut ini disebut usaha mikro dan kecil karena usaha ini dimiliki oleh perorangan dan memiliki hasil penjualan maksimal Rp 2,5 milyar per tahunnya dan jumlah pekerja tak lebih dari 19 orang. Tidak hanya di Cibaduyut, di beberapa tempat lain di Jawa Barat seperti Bogor, Tasikmalaya, dan Ciamis, usaha sepatu ini ada.
Meskipun toko sepatu berjejer di sepanjang Jalan Cibaduyut, para pengusaha ini perlu untuk bersaing dengan pengusaha sepatu lain untuk mendapatkan keuntungan maksimal mereka. Strategi bersaing yang diterapkan oleh para pengusaha sepatu di Cibaduyut hampir semuanya sama, seperti menyebar katalog. Katalog ini diberikan kepada konsumen atau kepada para agen sepatu mereka. “Katalog ini isinya sepatu-sepatu produksi kita. Biasanya sekitar 3 bulan sekali ada katalog baru,” ujar salah seorang karyawan took di Cibaduyut yang tidak mau disebutkan namanya. Beberapa pengusaha sepatu memang menyediakan catalog hasil sepatu produksi mereka. Untuk bersaing dengan pengusaha sepatu lainnya, ada juga yang menyediakan layanan pengiriman sepatu kepada konsumen. “Kita bisa juga kirim sepatu untuk konsumen yang ada di luar kota. Jadi nanti tinggal telpon ke kita aja mau sepatu yang mana, ukuran berapa, terus kita kirim”, ujar Suheri, pemilik usaha sepatu “Repalts”.
Selain masalah persaingan, ada masalah lain dalam usaha persepatuan ini seperti sistem keuangan yang yang tidak benar dan penyuluhan kewirausahaan yang tidak tepat. Hal inilah yang mengundang Theo Suhardi untuk meneliti mengenai perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing para pengusaha sepatu di Jawa Barat.
Pemelitiannya kemudian disusunnya dalam sebuah disertasi yang berjudul Pengaruh Perilaku Berwirausaha dan Kemampuan Manajerial terhadao Strategi Bersaing serta Dampaknya terhadap Kinerja. Lewat disertasinya ini, Theo Suhardi berhasil meraih gelar doctor ekonomi dari Universitas Padjadjaran, awal November lalu. Dalam penelitian ini, Theo mengambil populasi sebanyak 1275 usaha mikro dan kecil persepatuan, dengan sampel sebanyak 187 pemilik atau manajer usaha mikro dan kecil persepatuan.
Menurut Theo, sistem manajerial yang ada pada para pengusaha sepatu di Jawa Barat masih belum baik. “Keuangan rumah tangga dan keuangan usahanya masih dicampur, tidak ada pemisahan. Ini yang tidak baik. Dan juga para pengusaha itu tidak berani untuk menggaji diri mereka sebagai manajer. Ini yang salah, seharusnya mereka berani”, ucap Theo. Dari penelitiannya, Theo menyimpulkan bahwa ada kaitan yang erat antara perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing terhadap kinerja pengusaha sepatu. “Kinerja itu dipenuhi dari perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing”, jelas Theo.
Theo sendiri mengkhususkan penelitiannya pada usaha mikro dan kecil sepatu karena menurutnya sepatu merupakan primadona Bandung. “Jins dan sepatu itu kan primadonanya Bandung. Kalau primadona ini dibiarkan, bisa hilang”, ucap Theo. Karena itulah, Theo meneliti usaha mikro dan kecil persepatuan karena dia berpendapat usaha sepatu dapat dihidupkan kembali menjadi primadona Bandung. “Sepati itu primadonanya Bandung dan ini menjadi peluang yang bagus untuk dihidupkan kembali. Karena menurut penelitian di luar negeri, 80% ekonomi negara ditopang oleh usaha mikro dan kecil”, jelas Theo.
Meskipun demikian, usaha persepatuan ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kemampuan kewirausahaan, motivasi kewirausahaan dan kinerja pengusaha. Kelemahan-kelemahan tersebut jika tidak diperbaiki bisa saja memperburuk sebuah usaha sepatu dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Penelitian Theo ini memang dikhususkan pada tiga aspek yaitu perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing.
Dalam disertasinya, Theo menuliskan perilaku berwirausaha adalah melaksanakan kegiatan kewirausahaan yang merupakan aplikasi dari kreativitas dan keinovasian untuk mengambil peluang yang ada dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan cara baru dan berbeda untuk memberikan nilai tambah seseorang. Pengusaha mikro dan kecil juga membutuhkan kemampuan kewirausahaan itu untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan kelemahan kemampuan manajerial yang ada pada pengusaha sepatu itu adalah lemahnya pemasaran mereka. “Kemampuan mengatur orang, mengatur rencana, itu yang kurang. Jadi pemilik atau manajer harus memiliki jiwa kepemimpinan”, terang Theo. Kelemahan dalam perilaku berwirausaha ini seperti kurangnya ketegasan. Sebanyak 67% pemilik usaha bertindak tidak tegas dengan jarang mengubah aturan. Perilaku berwirausaha inilah yang perlu dirombak oleh pengusaha agar orang termotivasi untuk berusaha.
Salah satu cara menumbuhkan motivasi kewirausahaan adalah dengan pendidikan atau penyuluhan. Sayangnya, penyuluhan yang ada hanya ditujukan pada usaha mikro dan kecil yang sudah memiliki badan hukum. Padahal sebanyak 82,89% usaha mikro dan kecil tidak berbadan hukum. “Inilah yang salah. Kenapa hanya yang sudah berbadan hukum yang dirangkul. Padahal masih banyak yang perlu dirangkul seperti usaha kecil yang tidak berbadan hukum”, kata Theo. Hal ini juga yang dapat membuat para pengusaha kecil tidak memahami pentingnya motivasi kewirausahaan dan perilaku berwirausaha.
Sebanyak 49,73% order produksi pengusaha sepatu diperoleh dari permintaan konsumen. Strategi bersaing yang ada dalam usaha persepatuan inilah yang perlu diubah menurut Theo. Menurutnya, strategi bersaing ini juga dapat untuk mempertahankan pelanggan lama dan mendapatkan pelanggan baru. “Servis untuk pelanggan ini juga perlu diperhatikan dan ini bisa dijadikan sebagai strategi bersaing”, ucap Theo.
Strategi bersaing lainnya juga bisa diterapkan dengan mengeluarkan produk baru dan pengembangan produk. Namun yang menjadi masalah sebanyak 40,11% pengembangan produk hanya sebatas rencana saja. Masalah lain yang ada dalam strategi bersaing ini adalah logo perusahaan atau logo dagang. Sebanyak 54,55% atau 102 perusahaan baru berencana membuat logo tahun depan. Dan hanya 11,23% atau 21 perusahaan saja yang memiliki logo dan sudah dipatenkan. “Kemampuan strategi bersaing itu banyak dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan atau perilaku berwirausaha. Sebanyak 44% perilaku itu mempengaruhi strategi bersaing”, ujar Theo.
Menurut Prof. Dr. Sucherly, promotor Theo Suhardi, apa yang ditulis Theo dalam disertasinya mengenai usaha mikro dan kecil merupakan sebuah fenomena dari fakta dan diteliti dengan teori manajemen Usaha Kecil Menengah (UKM). “Jadi, masalah itu dipikirkan sesuai kerangka pemikiran dia sesuai teori”, ujar Sucherly. Hasil dari penelitian Theo pun diamini oleh Sucherly. “Ya, memang begitu, kemampuan manajerial dan perilaku berwirausaha berkaitan dengan kinerja”, ujar Sucherly.
Secara keseluruhan, para pengusaha sepatu di Jawa Barat masih harus memperhatikan beberapa hal untuk dibenahi. Theo menulisakan dalam disertasinya bahwa kesulitan modal masih menjadi masalah pokok yang dihadapi pengusaha sepatu. Masalah lainnya adalah kemampuan komunikasi, dan kreatifitas juga masih kurang serta kurangnya mengambil resiko dalam usaha. “Jadi, yang kurang seperti ini harus diperbaiki dan yang sudah cukup bagus harus ditingkatkan lagi”, ujar Theo.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

We start from here

Gak kerasa dah seminggu lbih gw bebas dari KKN. Dan dah seminggu ini juga gw bergeje-ria di kosan yang sepi karena anak2 kosan dah pada pindah. Well, ini semua gak lebih baik dari di Desa Patakaharja, tempat KKN. Paling gak di tempat KKN ada banyak temen2 yang selalu setia untuk bermain, ngobrol, jalan2, dan segala macamnya.

Anyway, gw bersyukur banget dapet tempat KKN di desa itu. Desa tempat KKN gw sangat sangat menyenangkan. Orangnya asli baik-baik banget dan ramah. Dan gw dapet rumah yang pewe.. Paling gak itu kata gw..

Temen2 KKN gw? Seru abis. Gw suka lah sama tmen-temen KKN gw. Awalnya gw mikir yang gak enggak-enggak soal KKN karena cerita-cerita KKN dari teteh-teteh kosan. Tapi ternyata, gw sangat menikmati KKN gw.. hahaa..

Well.. selama KKN, kerjaan wajib kita bisa dibilang main UNO. hahaha.. Dari hari pertama KKN sampe hari terakhir KKN selalu aja mainin UNO. Yang kalah dicemongin mukanya pake bedak ato nyuci piring ato minum air dua sampe tiga gelas. Hahaha.. Kalo gak main UNO ya main yang lain, main kartu cepek, monopoli, ludo, catur, ato ular tangga. Serius deh, gw baru kali itu main monopoli sampe sekaya itu.. hahaha..

banyak banget hal-hal yang gw lakuin bareng ma temen-temen KKN gw.. makan bareng, jalanin program bareng, geje bareng, hampir semuanya bareng. Dan itu seru.. haha..
Sebulan gw bareng mereka, apa-apa mereka. Awalnya gak gampang, tapi akhirnya lebih gak gampang lagi. Awalnya gak gampang untuk mengenal mereka karena mereka semua punya karakter yang beda-beda. Tapi akhir KKN lebih gak gampang buat pisah sama mereka..

Sebulan bareng mereka, ada banyak pelajaran yang bisa gw ambil dari mereka. Dan dari situ gw ngeliat, gw masih blum jadi apa-apa.. Gw masih harus banyak belajar. Dan sekarang gw kangen mereka.. Kangen main UNO, kangen nyemongin muka orang, kangen ketawa bareng, kangen ngobrol, kangen main bareng Denas, kangen semuanyaaaa.... Dan yang gw harap dari semua ini adalah, tali silahturahmi antara gw dan temen-temen gw jangan sampe putus..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

It's all about KKN

Alhamdulillah... akhirnya KKN selese juga.. Well, beda banget rasanya kayak pas mo berangkat KKN. Waktu tanggal 1 Juli kmaren pas berangkat KKN, rasanya hampir sama kayak orang yang mati rasa. Datar aja, sedih gak seneng juga gak. biasa aja, hahaha.. Dan sebulan mampu mengubah rasa biasa itu. Semuanya jadi penuh warna..

Awal-awal KKN semuanya terasa aneh aja, biasa sendirian tiba-tiba jadi rame orang dalam satu rumah. Makan bareng, nonton tv bareng, jalan-jalan bareng, tidur bareng.. Dan sebulan dah bikin semua kayak satu kebiasaan. banyak cerita KKN yang jadi pelajaran dan pengalaman buat aku. Dan itu pasti bakal berguna buat aku nanti.

16 orang yang beda karakter dalam satu kelompok emang banyak, tapi itu adalah suatu kesenangan sendiri bisa ada di antara mereka. Ana, ifa, itha, uwi, tia, niken, dimas, cumi, adi, abay, bang fuad, taupan, dika, bong, lim. Alhamdulillah banget punya temen kayak mereka, yang sangat sangat baik ma Lala. Dan juga desa tempat KKN yang sangat sangat menyenangkan.

Main ke bunter, sungai ranto, ngajar di sd, pekan olahraga, cuci tangan di sd, lomba-lomba di sd, posyandu, naik gunung pataka, cijolang,,, semuanya seruuuuuu... Capek pastilah ada, tapi semua kebayar sama tawa kita semua. Mulai dari main di bunter bikin tembikar trus ifa mimisan sampe terakhir ke gunung pataka, semuanya penuh dengan tawa.

Dari KKN di Patakaharja ini sangat amat memuktikan omongan papa aku yang bilang kalo aku gak pantes jadi anak gunung. Ya, karena akunya kalo jalan suka gak ati-ati, sering kesandung, sering kepleset, dan lain-lain. hahaha..

Dan KKN membuat saya untuk tidak autis sendiri lagi. Setiap malem di rumah KKN ada aja yang dilakuin bareng. Maen UNO, maen tebak-tebakan, maen rubik, ngobrol sana sini, jalan-jalan, maen monopoly, maen ular tangga, ludo, kartu cepek, apapun lah yang penting ramean. Dan itu sangat sangat menyenangkan. Hahaha...

Dan sekarang, selese udah KKN. Ninggalin Patakaharja, ninggalin Denas ma Abil, gak bareng-bareng serumah lagi, gak ada lagi cemong-cemong maen UNO.. sediiiiiiiiiiihhhhh...
aku gak nangis pas tadi pergi dari Patakaharja, tapi kenapa sekarang pengen nangis gini ya? Gak ada lagi rame-rame gosip di kamar sebelum tidur, gak ada lagi ngobrol-ngobrol ampe dini hari, gak ada lagi maen UNO mpe jam 1 pagi.. sediiiihhh.. yang ada sekarang sendirian aja di kamar kosan. Dan saya bosan. bosan kayak waktu aku sepanjang sora ngajakin kalian jalan-jalan. bosen banget...!!!
mo maen UNO tapi cuma sendiri, maen monopoli juga cuma sendiri... T.T
aduhhh, masa aku autis sendiri lagi balik ke nangor gini? ketemu ma jalan yang rame truk lagi, ktemu macet lagi, ktemu tugas litbang lagi, kampus lagi,,,

MAEN UNO YUUUKKK... ATO GAK MONOPOLI DEHHHH... MAENNN YUUUUUKKK...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Saya dan persiapan KKN

Yeahh.. KKN..
Well.. akhirnya gw sampe di titik ini.. KKN.
Tempat gw KKN di Patakaharja, Rancah, Ciamis.. kurang lebih 3 jam lah dari rumah... hahah..
Tapiii.. asli deg2an dan males gilaaa..hahaha...
barang bawaan seabreg buat sebulan mule dari kaos ampe apa ajalah yg bisa bikin gak mati gaya di sana.. hahhaa
Bawaan gw adalah satu koper lumayan besar, satu tas lumayan besar, sama tas gendong kecil..koper isinya baju, jaket, bantal, selimut... tas isinya hitter, sabun2an, makanan, senter, abreg2an klo kata anbel.. tas kecil isinya buku, pulpen, dompet, Al Quran..
tadinya gw ngotot mau satu koper sama satu tas.. tapi emang itu gak mungkin.. karena emang gak cukup..hahah

Packing pertama dari hari minggu tapi cuma setengah karena gw ga ada bayangan apa aja yg perlu dibawa.. jadi deh malem sebelum berangkat packing total..
packing malem ini dibantuin sama teh nita, teh loa, teh ela ma fani..,, sambil ngedengerin keong racun.. hahah

asli deh, gw males KKN juli ini.. knapa ga juni kmaren aja sih.. knapa? karena juli ini adalah bulan terakhir teteh2 kosan di kos krn pada mo pindah.. huhu
jadi weh,, bsok gw pulang kkn dah pada pindah.. dan di juli ini bakal ada acara ngeliwet bareng dan gw melewatkan..
huwaaaaaaa...

so, mau gak mau, gw harus ikut KKN juli ini. gw gak mau mundur KKN ke januari bsok.. januari bsok gw harus dah mule job training.. gw pengen cepet lulus...
dan paling ga, KKN ini gw dikasih waktu buat pulang 3 hari.. sip lah.. kata si papa "iya, ntar dijemput klo mau pulang".. hehhe

YUP, tgl 1 juli ini saya harus brangkat KKN ke ciamis jam 6 pagi.. bakal kangen banget sama kamar kos aku tercinta, anak kosan, surabi telur si ibu, nasi goreng aceh, internet, capcay starcom, laptopku tersayang,,, so, wish me luck yaaa... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Ketika Waktu (Tak) Berpihak

Jika waktu bisa aku balikkan
Maka aku memilih waktu itu
Ketika aku masih memiliki kesempatan…


Entah sudah berapa lama aku tak bertemu dengannya. Mungkin dia sudah berubah, atau masih sama seperti dulu. Dan sekarang, aku menunggunya. Di café tempat kami biasa berbincang dulu, beberapa tahun lalu. Sudah 15 menit aku menunggunya, dia tak kunjung datang. Aku masih menunggunya ditemani segelas ice chocolate. Oh, aku melihatnya. Dia. Berjalan ke arahku, dia datang. Kemeja biru muda dengan celana hitam. Oh, dan kacamatanya, dia masih memakai kacamatanya. Tak ada yang berubah darinya. Dia masih seperti dulu.

“Kau sudah lama menunggu?”, tanyanya.

“Tidak. Baru lima belas menit”, jawabku dengan senyum sempurnaku.

Masih aku ingat betapa senangnya aku mendapat message darinya. Dua tahun aku tak mengetahui kabarnya dan semalan dia mengirimku message untuk bertemu di café ini. Dan dia masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya, dua tahun lalu. Tak ada yang berubah darinya.

“Di mana kau sekarang? Aku tak mendengar kabarmu sejak dua tahun lalu”, tanyaku sedikit berbasa-basi. Ya, aku menyimpan penasaranku sejenak. Aku penasaran apa yang menyebabkan dia mengajakku bertemu di sini.

“Kau mencariku? Aku pindah bekerja ke Surabaya. Sengaja tak memberi kabar biar kalian mencariku, haha..”, candanya.

Kali ini, aku yakin dia masih persis sama seperti dulu. Selera humornya, tawanya, dan cara dia memperlakukanku. Semua masih sama.

“Kenapa kau masih saja narsis?”, tanyaku sambil berpura-pura marah.

“Hahaha… Kau tidak berubah Bella. Aku narsis? Kau lebih narsis, hahaha…”, balasnya.

Aku hanya bisa tersenyum. Ah, Ryan, kau tak pernah berubah sejak dua tahun lalu. Dua tahun lalu ketika kau memilih meninggalkan kota ini tanpa memberi tahu siapapun. Dua tahun lalu ketika kau sakit hati pada kawanmu sendiri tentang seorang perempuan. Ah, seandainya saja kau tahu.

“Jadi, apa yang terjadi selama dua tahun ini? Selama aku tak di sini?”, tanyanya semangat.

Aku tak tahu harus menjelaskan dari mana. Dari bagian kawannya yang menikah dengan pacar Ryan. Atau dari hidupku.

“Apa yang ingin kau tahu? Tentang Zara?”, tanyaku pelan. Zara, perempuan itulah yang membuat Ryan pergi dari kota ini. Perempuan itu yang mebuat persahabatan Ryan dengan Romy berantakan. Perempuan itu yang membuat aku tak bisa menghubungi Ryan selama dua tahun ini.

Wajah Ryan terlihat tenang. Tak ada rasa kesal di wajahnya. Bibirnya tersenyum tipis.

“Mereka menikah kan? Aku sudah tahu. Zara memberitahuku saat hari pernikahan mereka”, ujarnya tenang.

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Tak ada dendam dari nada suaranya. Mungkin dia ikhlas. Atau mungkin ini seperti apa yang dikatakannya ketika terakhir kali dia bertemu dengaku dua tahun lalu. “Zara bebas menentukan dengan siapa dia akan hidup. Mungkin Romy yang terbaik untuknya. Aku tidak pernah marah dengan hal ini. Aku hanya kecewa dengan sikapnya yang tak jujur”, kata Ryan. Nada suaranya sama saat dia bilang Zara telah menikah. Tenang dan tak ada dendam.

“Kau tak tanya mengapa aku ingin bertemu denganmu?”, tanya Ryan.

Tentu saja aku ingin tahu.

“Ya”, jawabku singkat.

Aku melihatnya menatap mataku dalam-dalam. Aku tak tahu apa maksudnya. Dia terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya ke arah keluar café, memandang orang-orang yang berlalu lalang. Selalu, aku tak pernah bisa menebaknya meski bertahun-tahun aku mengenalnya. Dia sangat sulit untuk dibaca.

Ryan kembali menatapku, lalu menunduk.

“Ada yang ingin kau katakan?”, tanyaku perlahan.

“Ya”, jawabnya singkat.

“Tentang apa?”, tanyaku.

“Tentang kita”, jawab Ryan.

Tiba-tiba saja aku tak bisa berkata-kata. Mataku terpaku padanya, mencari keseriusan di matanya.

“Dua tahun lalu, aku mulai menyadari ada sesuatu yang hilang ketika aku pergi dari kota ini. Bukan Zara. Aku bahkan tak merasakan sakit ketika Zara meninggalkanku. Saat itu aku bersama Zara tapi aku tak merasakan sakit ketika dia bersama Romy. Bukankah itu aneh?”, tanyanya sambil menatap mataku.

Aku tak tahu harus menjawab apa.

“Hmmm… Aku tak tahu.., maksudku, ya, itu aneh”, jawabku sedikit bingung.

Ryan menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napasnya.

“Saat itu juga aku merasa ada sesuatu dalam diriku. Ada sesuatu yang memaksaku untuk jujur pada diriku sendiri. Bukan Zara yang aku cari. Ada orang lain”, jelas Ryan.

Matanya menyiratkan dia mengatakan apa yang sebenarnya. Dia tak berbohong atau becanda kali ini. Dan aku di sini, menjadi ‘tong sampah’nya, mendengar semua cerita dan keluh kesahnya selama ini seperti tahun-tahun lalu.

“Siapa?”, tanyaku.

“Dia…. Ada di sini. Di depanku”, jawabnya sambil menatap mataku dalam.

Aku tak tahu maksudnya. Aku balas menatapnya, mencari keseriusan katanya.

“Ya, Bella. Kau yang selama ini ada di sini”, ujarnya sambil menunjuk dadanya. “Aku tak pernah menyadarinya bahwa selama ini aku mencintaimu sampai ketika aku pergi dua tahun lalu. Bahkan ketika bersama Zara pun, aku mencari sosokmu dalam Zara dan aku tak pernah menemukannya. Itu karena aku memang mencintaimu”, jelas Ryan.

Ah, Ryan, kau memang pandai mempermainkan hati perempuan. Kau bisa dekat dengan perempuan manapun yang kau mau dengan sifat ramahmu. Kau terlalu gampang memuji dan pandai mengambil hati mereka. Dan sekarang aku tak tahu keseriusanmu dan kebiasaanmu itu.

Aku masih menatap matanya dalam, masih mencari keseriusan ucapannya. Dengan dahu yang berkerut. Ya, aku tahu, matanya memancar keseriusan itu. Dia benar, dia serius.

“Sejak kapan?”, tanyaku.

“Sejak kelulusan itu. Saat aku mulai bisa membaca dirimu”, jawabnya.

“Kau membaca diriku? Kenapa selama ini kau tak membiarkanku membaca dirimu?”, tanyaku sedikit marah.

“Kau berusaha membacaku?”, tanyanya bingung.

“Ya. Kau tak pernah sadar itu? Selama ini kau artikan apa perhatianku?”, marahku.

Ryan mulai terlihat bingung melihat kemarahanku.

“Kau.. Aku tak pernah tahu.. Kau mencintaiku?”, tanyanya sedikit waspada.

“Sudah terlambat Ryan. Dua tahun ini aku selalu mencarimu, mencoba menghubungimu, tapi tak pernah bisa. Dua tahun ini aku ingin mengatakan semua padamu betapa aku mencintaimu. Tapi semua sudah terlambat”, marahku.

Aku melihatnya mengernyitkan dahi. Dia terlihat bingung. Perlahan dia menghembuskan nafasnya lalu mencoba tersenyum.

“Tak ada yang terlambat, Bella. Aku di sini. Kau baru saja mengatakan padaku. Tak ada yang terlambat”, ujarnya sambil tersenyum.

“Tidak Ryan. Aku.. aku akan menikah besok. Seandainya kau pulang lebih cepat, kau tidak akan pernah terlambat”, ujarku pelan sambil menatapnya. Aku melihatnya terkejut. Kulangkahkan kakiku menjauhi meja kami, berjalan menjauhinya lalu keluar café. Ryan masih duduk termangu. Tatapan matanya kosong. Mendengarnya mencintaiku adalah hal terindah dalam hidupku. Namun aku sangat sakit, menyakitinya seperti ini. Ah, Ryan, seandainya saja kau pulang lebih cepat…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments