bagi saya, Yogya istimewa
Salah satu topik pembicaraan sekarang memang masalah keistimewaan Yogyakarta, mengenai pemilihan atau penetapan Gubernur Yogya. Masalah ini tentu saja menyedot perhatian hampir seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Yogya. bagi saya, Yogya adalah sebuah kota istimewa. Saya tidak akan membicarakan masalah keistimewaan Yogya seperti yang media beritakan. Saya punya cerita sendiri soal keistimewaan Yogya.
Saya mengenal Yogya sejak usia TK. Sejak itulah saya jatuh cinta pada kota bernama Yogyakarta dengan slogannya, Yogya berhati Nyaman. Slogan itu sangatlah mengena pada diri saya. Nyaman. Rasa nyamanlah yang selalu saya rasakan ketika saya sampai di Yogya. Saya benar-benar jatuh cinta pada Yogya sejak saat itu.
Orang tua atau saudara saya sering mengajak saya untuk pergi ke Yogya. Hanya untuk berkunjung ke rumah mbah putri yang merupakan adik dari mbah putri (ibu kandung dari mama saya) dan mbah buyut (nenek dari mama saya). Sedangkan mbah putri (ibu kandung dari mama) sudah lama meninggal, saat mama masih kecil. Ya, keluarga mbah putri saya memang asli dari Yogya. Jadi setiap tahun pasti kami pergi ke Yogya untuk mengunjungi nenek di sana. begitu juga dengan mbah kakung (bapak dari papa saya) yang juga asli Yogya. Tak banyak cerita yang saya dengar dari keluarga kakek saya ini.
Entah mengapa, setiap kali saya ke Yogya, saya seperti merasa pulang kampung. Padahal saya lahir dan besar di Cilacap, 4 jam dari Yogya. Saya juga tidak tahu kenapa, setiap kali di Yogya perasaan saya berkata di Yogyalah seharusnya saya tinggal. Dan entah mengapa, setiap kali meninggalkan Yogya, saya selalu merasa sedih, tak seharusnya saya meninggalkan Yogya.
Ya, Yogya memang sangat istimewa untuk saya. Mungkin karena saya memiliki keturunan Yogya. Ya mungkin karena itulah saya selalu merasa pulang kampung dan seharusnya tinggal di Yogya. Di Yogyalah saya selalu merasa pulang ke rumah. Saya selalu menikmati waktu saya di Yogya. bukan dengan hura-hura. Tapi menikmati perasaan hati saya yang seperti pulang kampung setelah bertahun-tahun pergi dari Yogya.
Lalu kenapa saya tidak memilih berkuliah di Yogya? Karena saya terjebak pada idealisme saya sewaktu SMA. hahaha.. Setelah SMA, saya ingin serius kuliah tanpa main-main gak jelas. Saat itu, saya sudah hapal jalan-jalan di Yogya, terutama ke temapat-tempat nongkrong. Karena itulah saya menghindari Yogya untuk kuliah, karena saya takut awal-awal kuliah saya hanya main-main di Yogya. Maka saya putuskan untuk kuliah di kota yang saya tidak ketahui sama sekali, bandung. Hmmm.. di samping soal jurusan juga sih, hehe..
Meski demikian, toh saya tak bisa mengingkari kalau diri saya memiliki keturunan Yogya, darah Yogya dari keluarga kakek dan nenek saya yang memang asli Yogya. Ya, Yogya sangatlah istimewa untuk saya. Di sanalah saya merasakan kenyamanan di antara panas matahari. Di sanalah saya bisa tersenyum lebar di antara kebisingan kota. Di sanalah saya tertawa lebar di antara ribuan orang. Dan di sanalah saya merasakan kedekatan dengan mbah putri dengan cerita dari mama, rumah mbah buyut, dan sambutan pulang kampung dari Yogya...
0 komentar:
Posting Komentar