bagi saya, Yogya istimewa

Salah satu topik pembicaraan sekarang memang masalah keistimewaan Yogyakarta, mengenai pemilihan atau penetapan Gubernur Yogya. Masalah ini tentu saja menyedot perhatian hampir seluruh masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Yogya. bagi saya, Yogya adalah sebuah kota istimewa. Saya tidak akan membicarakan masalah keistimewaan Yogya seperti yang media beritakan. Saya punya cerita sendiri soal keistimewaan Yogya.

Saya mengenal Yogya sejak usia TK. Sejak itulah saya jatuh cinta pada kota bernama Yogyakarta dengan slogannya, Yogya berhati Nyaman. Slogan itu sangatlah mengena pada diri saya. Nyaman. Rasa nyamanlah yang selalu saya rasakan ketika saya sampai di Yogya. Saya benar-benar jatuh cinta pada Yogya sejak saat itu.

Orang tua atau saudara saya sering mengajak saya untuk pergi ke Yogya. Hanya untuk berkunjung ke rumah mbah putri yang merupakan adik dari mbah putri (ibu kandung dari mama saya) dan mbah buyut (nenek dari mama saya). Sedangkan mbah putri (ibu kandung dari mama) sudah lama meninggal, saat mama masih kecil. Ya, keluarga mbah putri saya memang asli dari Yogya. Jadi setiap tahun pasti kami pergi ke Yogya untuk mengunjungi nenek di sana. begitu juga dengan mbah kakung (bapak dari papa saya) yang juga asli Yogya. Tak banyak cerita yang saya dengar dari keluarga kakek saya ini.

Entah mengapa, setiap kali saya ke Yogya, saya seperti merasa pulang kampung. Padahal saya lahir dan besar di Cilacap, 4 jam dari Yogya. Saya juga tidak tahu kenapa, setiap kali di Yogya perasaan saya berkata di Yogyalah seharusnya saya tinggal. Dan entah mengapa, setiap kali meninggalkan Yogya, saya selalu merasa sedih, tak seharusnya saya meninggalkan Yogya.

Ya, Yogya memang sangat istimewa untuk saya. Mungkin karena saya memiliki keturunan Yogya. Ya mungkin karena itulah saya selalu merasa pulang kampung dan seharusnya tinggal di Yogya. Di Yogyalah saya selalu merasa pulang ke rumah. Saya selalu menikmati waktu saya di Yogya. bukan dengan hura-hura. Tapi menikmati perasaan hati saya yang seperti pulang kampung setelah bertahun-tahun pergi dari Yogya.

Lalu kenapa saya tidak memilih berkuliah di Yogya? Karena saya terjebak pada idealisme saya sewaktu SMA. hahaha.. Setelah SMA, saya ingin serius kuliah tanpa main-main gak jelas. Saat itu, saya sudah hapal jalan-jalan di Yogya, terutama ke temapat-tempat nongkrong. Karena itulah saya menghindari Yogya untuk kuliah, karena saya takut awal-awal kuliah saya hanya main-main di Yogya. Maka saya putuskan untuk kuliah di kota yang saya tidak ketahui sama sekali, bandung. Hmmm.. di samping soal jurusan juga sih, hehe..

Meski demikian, toh saya tak bisa mengingkari kalau diri saya memiliki keturunan Yogya, darah Yogya dari keluarga kakek dan nenek saya yang memang asli Yogya. Ya, Yogya sangatlah istimewa untuk saya. Di sanalah saya merasakan kenyamanan di antara panas matahari. Di sanalah saya bisa tersenyum lebar di antara kebisingan kota. Di sanalah saya tertawa lebar di antara ribuan orang. Dan di sanalah saya merasakan kedekatan dengan mbah putri dengan cerita dari mama, rumah mbah buyut, dan sambutan pulang kampung dari Yogya...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tertawakan Hal bodoh

Setiap orang pasti pernah berbuat hal bodoh, disadari atau tidak. Well, gw juga gtu. hal bodoh yang gw lakuin udah gak keitung deh. dari mule bikin malu sendiri sampe yang nyeselnya ampun2an mpe berminggu-minggu. Tapi setelah gw pikir lagi, untuk apa sih kita nyesalin hal yang udah kita lakuin. Oke, itu bagus kita punya penyesalan, tapi, hey, dengan lo nyesel, semua gak akan ngerubah keadaan. Just let it flow.. Lo dah ngelakuin satu hal yang menurut lo salah, dan lo nyesel, ya udah. Cukup pikirkan tindakan lo itu then move on. Ga usah nyesel terlalu lama, karena percuma. Hidup lo ga bakal berhenti utk lo nyeselin tindakan lo dan hidup lo ga bakal balik untuk lo ngebenerin tindakan yang dah lo lakuin. Well, semua itu based on true story gw..

Hal terbodoh gw mungkin kejadian agustus kmaren, di mana gw ngelepas seseorang potensial untuk gw. Well, itu karena gw iseng aja. dan tadaaaa,, semuanya jadi aneh antara gw dan orang itu. Nyesel? iya. tmen gw si jakah ampe ngomel ke gw, si ike juga, si anbel, didi, eca, ngomel jga. Makin dah gw ngerasa bersalah ma tindakan gw. belum lagi sama tindakan gw ke orang lain yang maju mundur karena keraguan gw. Dan ini dikritik ma ana, tmen gw dari SMA. Tindakan-tindakan itu bikin gw mikir, knapa gw harus mikirin hal-hal itu? belum tentu yang gw pikirin itu dipikirin sama mereka.. Dan setelah kejadian itu, gw sadar, hal paling bodoh adalah gw mikirin hal itu sendiri, padahal mereka belum tentu mikirin ini. Dan cara ampuh untuk menghilangkan tindakan bodoh adalah menertawakannya. Ya ya, gw ngetawain kebodohan gw untuk mikirin ini. Hello Lala, masih ada loh hal lain yang lebih penting untuk lo pikirin daripada hal ini.

Jadi, di sini gw sekarang. Megang penghapus dan tipe-x, menghapus kejadian agustus itu, menghapus mereka. bukan menghapus untuk selamanya, tapi menghapus mereka tentang kejadian itu.. Dan sekarang, gw akan memulai lagi dengan mereka, seolah gak pernah ada kejadian itu.. :)

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sejenak

Sejenak datang sejenak pergi
Hanya berhenti untuk sejenak
Mungkin tidak mengenal kata selamanya
Atau mungkin memang tidak akan selamanya

Sejenak datang sejenak pergi
Tanpa pernah ada waktu pasti
Diam, gerak, tawa
Lakukan semua untuk alihkan waktu
Hilangkan ketidakpastian waktu

Hanya sejenak, memang hanya sejenak
Sejenak yang menyebalkan
Sejenak yang penuh tanya
Sejenak yang ada air mata
Sejenak yang menyenangkan
Namun sejenak itu yang memberi kesan dalam
Sejenak itu yang mengisi buku hidup saya, selamanya


PS: Untuk 15 teman saya yang berharga, yang telah mengajari saya makna hidup selama sebulan. Love you all.. :)
Jatinangor, 181010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tirani dan Benteng


Belajar sejarah tak selalu dari buku-buku Sejarah di sekolah. Ada banyak cara untuk belajar sejarah, salah satunya melalui sastra. Taufiq Ismail mengemas sejarah dalam puisi-puisinya yang kemudian dia rangkum dalam kumpulan puisinya. Salah satu sejarah yang dia rangkum adalah masa ketika Indonesia pada tahun1966. Taufiq Ismail merangkum peristiwa-peristiwa sejarah pada tahun 1966 dalam dua kumpulan puisnya Tirani dan Benteng yang kemudian diterbitkan dalam sebuah buku dengan judul yang sama, Tirani dan Benteng. Dalam kedua kumpulan puisinya ini, Taufiq jujur kepada para pembacanya mengenai semua yang terjadi pada tahun 1960 hingga 1966.
Meski puisi-puisi yang ada di dalamnya merupakan puisi yang ditulis Taufiq dari tahun 1960 sampai 1966, bukan berarti sudah telat untuk membaca buku kumpulan puisi ini. Ada berbagai macam peristiwa yang terjadi pada tahun 1960 hingga tahun 1966 yang tidak kita temui atau kita pelajari saat pelajaran Sejarah di sekolah.
Sejumlah 73 puisi Taufiq Ismail yang terdapat dalam buku puisi Tirani dan Benteng ini terbagi menjadi tiga bagian, yaitu Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng, Tirani, dan Benteng. Puisi-puisi pada bagian Puisi-puisi Menjelang Tirani dan Benteng ditulis Taufiq antara tahun 1960 sampai 1965. Sedangkan puisi-puisi pada bagian Tirani dan Benteng ditulisnya pada hari-hari demonstrasi tahun 1966. Puisi-puisi dalam buku Taufiq Ismail ini bertemakan tentang kecemasan, kesangsian, kebebasan, harapan, angan, cita-cita, dan tekad.
Dalam buku ini Taufiq merangkum kejadian-kejadian pada tahun 1966 yang diwarnai demo mahasiswa memprotes pemerintah dengan gaya berpuisinya. Sebut saja puisi Dari Catatan Seorang Demonstran dan Dari Ibu Seorang Demonstran yang menggambarkan keadaan demo ketika tahun 1966. Taufiq melukiskan kejadian yang dilihatnya dan yang terjadi melalui puisinya dengan bercerita kepada pembaca.
Kejadian penembakan terhadap mahasiswa Universitas Indonesia yang sedang berdemo pun ditulis Taufiq dalam puisi-puisinya yang berjudul Karangan Bunga, Percakapan Angkasa, dan Salemba. Tak hanya menceritakan bagaimana suasana dan keadaan pada tahun 1966, puisi-puisi Taufiq pun mampu memberikan emosi yang membuat kita terbawa dalam suasana puisi-puisinya serta merasakan seolah kita berada di keadaan tersebut. Emosi yang dibangun Taufiq itulah yang menjadi daya tarik lainnya pada puisi-puisinya ini.
Dalam puisi Karangan Bunga saja, dengan bahasa yang sangat sederhana dan mudah dicerna, Taufiq mampu menyampaikan emosi dan suasana ketika tiga anak kecil datang dan memberi bunga tanda ikut berduka cita atas meninggalnya Arif Rachman Hakim. Ya, puisi-puisi Taufiq Ismail memang dikemas dengan bahasa yang sederhana dan mudah dipahami, tetapi dibalik itu, puisinya mengandung emosi dan makna yang dalam.
Tak hanya puisi saja yang bisa kita nikmati dalam buku kumpulan puisi ini, berbagai macam foto pada tahun 1966. Foto-foto mengenai demo dan penembakan terhadap Arif Rachman Hakim memenuhi halaman-halaman kumpulan puisi ini. Foto yang disajikan dalam buku ini merupakan kisah dari puisi yang ditulis Taufiq Ismail. Jadi, ketika kita membaca puisi Taufiq Ismail dalam buku ini, kita bisa melihat situasi tahun 1966 melalui foto di halaman sebelah puisi yang kita baca.
Taufiq juga mengkritik pemerintah pada tahun 1960-an itu. Taufiq menulis puisi Syair Orang Lapar yang menceritakan seberapapun orang lapar akan tetap mendengarkan Bung Karno berpidato sedangkan pemerintah tak bergerak untuk rakyat yang lapar itu. Atau tengok saja puisi Pengkhianatan Itu Terjadi Pada Tanggal 9 Maret yang menceritakan keadaan pemerintah, lebih tepatnya konflik yang terjadi pada pemerintahan.
Selain itu, Taufiq juga menulis hal-hal kecil yang terjadi di sekitar demonstrasi. Oda Bagi Seorang Supir Truk dan Seorang Tukang Rambutan Pada Istrinya adalah contohnya. Kedua puisi ini ditulis Taufiq dengan menceritakan bagaimana supir truk dan penjual rambutan pada rombongan mahasiswa yang berdemonstrasi.
Tidak hanya puisi yang bercerita sejarah dan foto-foto kejadian saat demonstrasi pada tahun 1966, dalam kata pengantar buku ini, Taufiq Ismail menceritakan kronologis yang terjadi pada tahun 1966. Taufiq menceritakan bagaimana pemerintah pada saat itu, bagaimana demonstrasi terjadi, dan hal-hal penting apa saja yang terjadi pada tahun 1966. Selain itu, Taufiq Ismail juga membahas mengenai Lekra dan Manifes Kebudayaan yang pada saat itu menjadi bahan perbincangan banyak orang.
Jika anda ingin mengetahui lebih banyak mengenai sejarah Indonesia, terutama yang terjadi pada tahun 1960-an, buku kumpulan puisi Tirani dan Benteng ini bisa menjadi pilihan alternatif anda. Selain mengerti tentang sejarah Indonesia, puisi-puisi yang ada dalam kumpulan puisi ini juga bisa menghibur kita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Taman Ilmu, belajar dan mengajar

Sebuah bangunan kecil dengan halaman yang cukup luas dan terduh serta sebuah taman bermain di depannya terlihat ramah menyambut siapapun yang datang. Suasana ramai dan tawa anak-anak pun terdengar dari dalam bangunan ini. Ya, itulah sekolah Taman Ilmu yang terletak di Sukawening, Jatinangor. Sebuah sekolah yang dibangun oleh BEM Kema Universitas Padjadjaran. Sekolah Taman Ilmu ini juga merupakan salah satu program kerja dari BEM Kema Unpad sebagai bentuk pengabdian kepada Masyarakat.
Pendirian sekolah ini dicestukan oleh Atif, mahasiswa Fakultas TIP Unpad. Atif mendapat inspirasi untuk mendirikan sekolah untuk anak-anak di Jatinangor setelah melihat taman bacaan yang didirikan oleh ITB. “Inspirasinya dari Taman Bacaan di ITB, terus akhirnya alhamdulillah dapat tempat di PAUD Bunda Hajar ini dan Mei 2008 Taman Ilmu berdiri”, ujar Ahmad, salah satu pengurus Taman Ilmu.
Siswanya berasal dari sekitar sekolah Taman Ilmu ini. Sekolah Taman Ilmu ini juga tak memungut biaya dari siswanya alias gratis. “Pendirian sekolah ini bertujuan untuk meningkatkan pendidikan anak-anak, khususnya di sekitar Taman Ilmu ini”, ujar Ahmad.
Sebelum mereka mengajar di Sekolah Taman Ilmu, para pengurus Taman Ilmu ini melakukan pendekatan kepada masyarakat sekitar untuk mengajak anaka-anak di lingkungan Taman Ilmu untuk belajar di sana. Hasilnya, masyarakat sekitar menyambut baik respon para pengurus Taman Ilmu. Hal ini terlihat dari banyaknya anak yang belajar di Taman Ilmu. Hingga saat ini Taman Ilmu memiliki sekitar 50 murid.
Berbeda dengan sekolah pada umumnya, Taman Ilmu lebih cenderung sebagai tempat les untuk anak-anak di sekitar Taman Ilmu. Namun, pola mengajar di sini disusun seperti layaknya sebuah sekolah. “Sebenarnya di Taman Ilmu itu kayak tempat les untuk membantu belajar anak-anak di sekitar Taman Ilmu. Tapi ada beberapa anak yang putus sekolah, yang kita ajak untuk sekolah di situ”, terang Ani, pengurus Taman Ilmu. Yang berbeda, di Taman Ilmu ini kegiatan belajar mengajar dimulai pukul 14.30 WIB hingga pukul 17.00 WIB setiap hari Senin hingga Jumat.
Selain itu yang membedakan Taman Ilmu dengan sekolah lain adalah pengajar di sini semuanya adalah mahasiswa Unpad dari berbagai fakultas. Cara perekrutan guru di sini juga terbuka, siapapun bisa menjadi guru asalkan dia mahasiswa Unpad. “Ya kita buka pendaftaran untuk guru di sini kemarin Maret dan hasilnya ada seratus orang yang berminat menjadi guru di Taman Ilmu ini”, ujar Guruh, Kepala Sekolah

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Menengok Manusia dalam Rahasia Selma


Judul buku : Rahasia Selma
Penulis : Linda Christanty
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Tahun terbit : 2010
Harga : Rp 30.000,00
Tebal : 121 halaman

Setelah Kuda Terbang Maria Pinto terbit pada tahun 2004, tahun ini, Linda menerbitkan kembali kumpulan ceritanya yang berjudul Rahasia Selma. Dalam kumpulan cerita Rahasia Selma ini terdapat sebelas cerita yang bisa kita nikmati seperti Babe, Para Pencerita, Drama, dan Rahasia Selma. Kesebelas cerita tersebut memiliki latar belakang yang berbeda. Persamaan dari sebelas cerita tersebut adalah bercerita tentang manusia dengan bahasa sastra yang memikat.
Dalam cerita Babe kita akan menemukan cerita tentang keegoisan istri yang sangat menyanyangi suaminya. Cerita tentang pertemuannya dengan suaminya dan para selingkuhannya serta bagaimana ia sangat menyanyangi suaminya tetapi ia sendiri melupakan nama suaminya. Lain dengan Para Pencerita, dalam cerita ini diceritakan tentang seorang anak yang bercerita tentang keluarganya, mulai dari ayah hingga kakaknya.
Lain lagi dengan cerpen yang berjudul Para Pencerita. Dalam cerita ini tentang sebuah keluarga Aceh dan permasalahan keluarganya. Cerita singkat yang ringan namun dapat memberikan sejuta pelajaran bagi para pembaca. Atau cerpen yang berjudul Rahasia Selma yang menceritakan tentang perjalanan kecil seorang anak yang dirangkum Linda dengan penuh makna tentang trauma, kesedihan, kesepian, dan kebiasaan-kebiasaan lain.
Dengan dikemas bahasa sastra, menjadikan cerpen dalam kumpulan cerita Rahasia Selma ini lebih terasa hidup. Kesebelas cerita tersebut diceritakan dengan gaya cerita yang berbeda namun tetap berbau sastra. Pada beberapa cerpen narasi, Linda menceritakan detail-detail dengan apik dan memukau.
Teknik penceritaan yang digunakan Linda mampu membawa kita mengikuti jalan ceritanya. Dengan gaya bercerita narasi yang digunakannya, Linda mengajak kita untuk masuk ke dalam cerpen yang dibuatnya. Membawa kita untuk berkhayal seakan-akan kita berada di tempat yang digambarkannya. Dalam buku ini kita akan lebih banyak menemukan cerpen yang diceritakan narasi daripada dialog. Dari narasi itulah, Linda membangun karakter yang kuat untuk setiap ceritanya dan tentu saja, cerita narasi tersebut mampu membawa pembaca mengikuti setiap ceritanya. Tak mudah ditebak di setiap ending ceritanya. Secara keseluruhan Linda mampu memberi kejutan-kejutan di setiap akhir cerita.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Kita, Asing

Benar, kita hanya orang asing
Tak mengenal satu sama lain
Kita, orang asing
Yang dipaksa keadaan untuk saling mengenal

Kita hanya orang asing
Saya tak pernah mengenalmu dengan baik
Dan kau, tak pernah mengenalku dengan baik
Kita hanya orang asing yang dipaksa untuk saling mengenal
Oleh waktu

Saya tak pernah tahu siapa kau
Dan kau tak pernah tahu bagaimana saya
Kita hanya orang asing yang dipaksa mengenal
Dan ketika waktu itu habis, kita kembali asing

Sekarang, waktu itu usai
Kita kembali asing
Saya tak pernah kenal kau
Dan kau tak pernah mengenalku
Dan kita tak pernah menyapa lagi setelah waktu usai
Karena kita orang asing



Jatinangor, 16 Agustus 2010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Pentingnya Strategi Bersaing bagi Pengusaha Sepatu

Toko-toko sepatu itu berjejer hampir di sepanjang Jalan Cibaduyut, Bandung. Ya, jalan Cibaduyut memang terkenal dengan sepatunya. Di Jalan Cibaduyut inilah sepatu dibuat dan dipasarkan, mulai dari sepatu anak-anak hingga dewasa.Sepatu ini dihasilkan oleh produsen lokal, asli Indonesia yang merupakan usaha mikro dan kecil.
Usaha mikro dan kecil diperlukan bagi suatu negara karena usaha mikro dan kecil dapat menyerap banyak tenaga kerja, sehingga dapat mengatasi masalah pengangguran. Dengan demikian usaha mikro dan kecil mempunyai kontribusi yang cukup besar bagi pertumbuhan perekonomian negara.
Di Bandung sendiri, usaha mikro dan kecil mengalami kenaikan pada tahun 2003 hingga 2005. Hal ini terlihat dari nilai tambah bruto dan peranan usaha dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat mengenai Nilai Tambah Bruto (NTB) dan Peranan Menurut Skala Usaha, terdapat kenaikan sebesar 43,81% pada tahun 2003, 44,21% pada tahun 2004, dan pada tahun 2005 meningkat menjadi 44,30%. Dalam tiga tahun tersebut menunjukkan peningkatan peranan usaha kecil terhadap Nilai Tambah Bruto (NTB).
Ya, usaha sepatu di Cibaduyut ini disebut usaha mikro dan kecil karena usaha ini dimiliki oleh perorangan dan memiliki hasil penjualan maksimal Rp 2,5 milyar per tahunnya dan jumlah pekerja tak lebih dari 19 orang. Tidak hanya di Cibaduyut, di beberapa tempat lain di Jawa Barat seperti Bogor, Tasikmalaya, dan Ciamis, usaha sepatu ini ada.
Meskipun toko sepatu berjejer di sepanjang Jalan Cibaduyut, para pengusaha ini perlu untuk bersaing dengan pengusaha sepatu lain untuk mendapatkan keuntungan maksimal mereka. Strategi bersaing yang diterapkan oleh para pengusaha sepatu di Cibaduyut hampir semuanya sama, seperti menyebar katalog. Katalog ini diberikan kepada konsumen atau kepada para agen sepatu mereka. “Katalog ini isinya sepatu-sepatu produksi kita. Biasanya sekitar 3 bulan sekali ada katalog baru,” ujar salah seorang karyawan took di Cibaduyut yang tidak mau disebutkan namanya. Beberapa pengusaha sepatu memang menyediakan catalog hasil sepatu produksi mereka. Untuk bersaing dengan pengusaha sepatu lainnya, ada juga yang menyediakan layanan pengiriman sepatu kepada konsumen. “Kita bisa juga kirim sepatu untuk konsumen yang ada di luar kota. Jadi nanti tinggal telpon ke kita aja mau sepatu yang mana, ukuran berapa, terus kita kirim”, ujar Suheri, pemilik usaha sepatu “Repalts”.
Selain masalah persaingan, ada masalah lain dalam usaha persepatuan ini seperti sistem keuangan yang yang tidak benar dan penyuluhan kewirausahaan yang tidak tepat. Hal inilah yang mengundang Theo Suhardi untuk meneliti mengenai perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing para pengusaha sepatu di Jawa Barat.
Pemelitiannya kemudian disusunnya dalam sebuah disertasi yang berjudul Pengaruh Perilaku Berwirausaha dan Kemampuan Manajerial terhadao Strategi Bersaing serta Dampaknya terhadap Kinerja. Lewat disertasinya ini, Theo Suhardi berhasil meraih gelar doctor ekonomi dari Universitas Padjadjaran, awal November lalu. Dalam penelitian ini, Theo mengambil populasi sebanyak 1275 usaha mikro dan kecil persepatuan, dengan sampel sebanyak 187 pemilik atau manajer usaha mikro dan kecil persepatuan.
Menurut Theo, sistem manajerial yang ada pada para pengusaha sepatu di Jawa Barat masih belum baik. “Keuangan rumah tangga dan keuangan usahanya masih dicampur, tidak ada pemisahan. Ini yang tidak baik. Dan juga para pengusaha itu tidak berani untuk menggaji diri mereka sebagai manajer. Ini yang salah, seharusnya mereka berani”, ucap Theo. Dari penelitiannya, Theo menyimpulkan bahwa ada kaitan yang erat antara perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing terhadap kinerja pengusaha sepatu. “Kinerja itu dipenuhi dari perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing”, jelas Theo.
Theo sendiri mengkhususkan penelitiannya pada usaha mikro dan kecil sepatu karena menurutnya sepatu merupakan primadona Bandung. “Jins dan sepatu itu kan primadonanya Bandung. Kalau primadona ini dibiarkan, bisa hilang”, ucap Theo. Karena itulah, Theo meneliti usaha mikro dan kecil persepatuan karena dia berpendapat usaha sepatu dapat dihidupkan kembali menjadi primadona Bandung. “Sepati itu primadonanya Bandung dan ini menjadi peluang yang bagus untuk dihidupkan kembali. Karena menurut penelitian di luar negeri, 80% ekonomi negara ditopang oleh usaha mikro dan kecil”, jelas Theo.
Meskipun demikian, usaha persepatuan ini juga memiliki beberapa kelemahan, seperti kemampuan kewirausahaan, motivasi kewirausahaan dan kinerja pengusaha. Kelemahan-kelemahan tersebut jika tidak diperbaiki bisa saja memperburuk sebuah usaha sepatu dan akhirnya berhenti di tengah jalan. Penelitian Theo ini memang dikhususkan pada tiga aspek yaitu perilaku berwirausaha, kemampuan manajerial, dan strategi bersaing.
Dalam disertasinya, Theo menuliskan perilaku berwirausaha adalah melaksanakan kegiatan kewirausahaan yang merupakan aplikasi dari kreativitas dan keinovasian untuk mengambil peluang yang ada dengan memanfaatkan sumber daya yang ada dengan cara baru dan berbeda untuk memberikan nilai tambah seseorang. Pengusaha mikro dan kecil juga membutuhkan kemampuan kewirausahaan itu untuk mengembangkan usahanya. Sedangkan kelemahan kemampuan manajerial yang ada pada pengusaha sepatu itu adalah lemahnya pemasaran mereka. “Kemampuan mengatur orang, mengatur rencana, itu yang kurang. Jadi pemilik atau manajer harus memiliki jiwa kepemimpinan”, terang Theo. Kelemahan dalam perilaku berwirausaha ini seperti kurangnya ketegasan. Sebanyak 67% pemilik usaha bertindak tidak tegas dengan jarang mengubah aturan. Perilaku berwirausaha inilah yang perlu dirombak oleh pengusaha agar orang termotivasi untuk berusaha.
Salah satu cara menumbuhkan motivasi kewirausahaan adalah dengan pendidikan atau penyuluhan. Sayangnya, penyuluhan yang ada hanya ditujukan pada usaha mikro dan kecil yang sudah memiliki badan hukum. Padahal sebanyak 82,89% usaha mikro dan kecil tidak berbadan hukum. “Inilah yang salah. Kenapa hanya yang sudah berbadan hukum yang dirangkul. Padahal masih banyak yang perlu dirangkul seperti usaha kecil yang tidak berbadan hukum”, kata Theo. Hal ini juga yang dapat membuat para pengusaha kecil tidak memahami pentingnya motivasi kewirausahaan dan perilaku berwirausaha.
Sebanyak 49,73% order produksi pengusaha sepatu diperoleh dari permintaan konsumen. Strategi bersaing yang ada dalam usaha persepatuan inilah yang perlu diubah menurut Theo. Menurutnya, strategi bersaing ini juga dapat untuk mempertahankan pelanggan lama dan mendapatkan pelanggan baru. “Servis untuk pelanggan ini juga perlu diperhatikan dan ini bisa dijadikan sebagai strategi bersaing”, ucap Theo.
Strategi bersaing lainnya juga bisa diterapkan dengan mengeluarkan produk baru dan pengembangan produk. Namun yang menjadi masalah sebanyak 40,11% pengembangan produk hanya sebatas rencana saja. Masalah lain yang ada dalam strategi bersaing ini adalah logo perusahaan atau logo dagang. Sebanyak 54,55% atau 102 perusahaan baru berencana membuat logo tahun depan. Dan hanya 11,23% atau 21 perusahaan saja yang memiliki logo dan sudah dipatenkan. “Kemampuan strategi bersaing itu banyak dipengaruhi oleh jiwa kewirausahaan atau perilaku berwirausaha. Sebanyak 44% perilaku itu mempengaruhi strategi bersaing”, ujar Theo.
Menurut Prof. Dr. Sucherly, promotor Theo Suhardi, apa yang ditulis Theo dalam disertasinya mengenai usaha mikro dan kecil merupakan sebuah fenomena dari fakta dan diteliti dengan teori manajemen Usaha Kecil Menengah (UKM). “Jadi, masalah itu dipikirkan sesuai kerangka pemikiran dia sesuai teori”, ujar Sucherly. Hasil dari penelitian Theo pun diamini oleh Sucherly. “Ya, memang begitu, kemampuan manajerial dan perilaku berwirausaha berkaitan dengan kinerja”, ujar Sucherly.
Secara keseluruhan, para pengusaha sepatu di Jawa Barat masih harus memperhatikan beberapa hal untuk dibenahi. Theo menulisakan dalam disertasinya bahwa kesulitan modal masih menjadi masalah pokok yang dihadapi pengusaha sepatu. Masalah lainnya adalah kemampuan komunikasi, dan kreatifitas juga masih kurang serta kurangnya mengambil resiko dalam usaha. “Jadi, yang kurang seperti ini harus diperbaiki dan yang sudah cukup bagus harus ditingkatkan lagi”, ujar Theo.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

We start from here

Gak kerasa dah seminggu lbih gw bebas dari KKN. Dan dah seminggu ini juga gw bergeje-ria di kosan yang sepi karena anak2 kosan dah pada pindah. Well, ini semua gak lebih baik dari di Desa Patakaharja, tempat KKN. Paling gak di tempat KKN ada banyak temen2 yang selalu setia untuk bermain, ngobrol, jalan2, dan segala macamnya.

Anyway, gw bersyukur banget dapet tempat KKN di desa itu. Desa tempat KKN gw sangat sangat menyenangkan. Orangnya asli baik-baik banget dan ramah. Dan gw dapet rumah yang pewe.. Paling gak itu kata gw..

Temen2 KKN gw? Seru abis. Gw suka lah sama tmen-temen KKN gw. Awalnya gw mikir yang gak enggak-enggak soal KKN karena cerita-cerita KKN dari teteh-teteh kosan. Tapi ternyata, gw sangat menikmati KKN gw.. hahaa..

Well.. selama KKN, kerjaan wajib kita bisa dibilang main UNO. hahaha.. Dari hari pertama KKN sampe hari terakhir KKN selalu aja mainin UNO. Yang kalah dicemongin mukanya pake bedak ato nyuci piring ato minum air dua sampe tiga gelas. Hahaha.. Kalo gak main UNO ya main yang lain, main kartu cepek, monopoli, ludo, catur, ato ular tangga. Serius deh, gw baru kali itu main monopoli sampe sekaya itu.. hahaha..

banyak banget hal-hal yang gw lakuin bareng ma temen-temen KKN gw.. makan bareng, jalanin program bareng, geje bareng, hampir semuanya bareng. Dan itu seru.. haha..
Sebulan gw bareng mereka, apa-apa mereka. Awalnya gak gampang, tapi akhirnya lebih gak gampang lagi. Awalnya gak gampang untuk mengenal mereka karena mereka semua punya karakter yang beda-beda. Tapi akhir KKN lebih gak gampang buat pisah sama mereka..

Sebulan bareng mereka, ada banyak pelajaran yang bisa gw ambil dari mereka. Dan dari situ gw ngeliat, gw masih blum jadi apa-apa.. Gw masih harus banyak belajar. Dan sekarang gw kangen mereka.. Kangen main UNO, kangen nyemongin muka orang, kangen ketawa bareng, kangen ngobrol, kangen main bareng Denas, kangen semuanyaaaa.... Dan yang gw harap dari semua ini adalah, tali silahturahmi antara gw dan temen-temen gw jangan sampe putus..

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

It's all about KKN

Alhamdulillah... akhirnya KKN selese juga.. Well, beda banget rasanya kayak pas mo berangkat KKN. Waktu tanggal 1 Juli kmaren pas berangkat KKN, rasanya hampir sama kayak orang yang mati rasa. Datar aja, sedih gak seneng juga gak. biasa aja, hahaha.. Dan sebulan mampu mengubah rasa biasa itu. Semuanya jadi penuh warna..

Awal-awal KKN semuanya terasa aneh aja, biasa sendirian tiba-tiba jadi rame orang dalam satu rumah. Makan bareng, nonton tv bareng, jalan-jalan bareng, tidur bareng.. Dan sebulan dah bikin semua kayak satu kebiasaan. banyak cerita KKN yang jadi pelajaran dan pengalaman buat aku. Dan itu pasti bakal berguna buat aku nanti.

16 orang yang beda karakter dalam satu kelompok emang banyak, tapi itu adalah suatu kesenangan sendiri bisa ada di antara mereka. Ana, ifa, itha, uwi, tia, niken, dimas, cumi, adi, abay, bang fuad, taupan, dika, bong, lim. Alhamdulillah banget punya temen kayak mereka, yang sangat sangat baik ma Lala. Dan juga desa tempat KKN yang sangat sangat menyenangkan.

Main ke bunter, sungai ranto, ngajar di sd, pekan olahraga, cuci tangan di sd, lomba-lomba di sd, posyandu, naik gunung pataka, cijolang,,, semuanya seruuuuuu... Capek pastilah ada, tapi semua kebayar sama tawa kita semua. Mulai dari main di bunter bikin tembikar trus ifa mimisan sampe terakhir ke gunung pataka, semuanya penuh dengan tawa.

Dari KKN di Patakaharja ini sangat amat memuktikan omongan papa aku yang bilang kalo aku gak pantes jadi anak gunung. Ya, karena akunya kalo jalan suka gak ati-ati, sering kesandung, sering kepleset, dan lain-lain. hahaha..

Dan KKN membuat saya untuk tidak autis sendiri lagi. Setiap malem di rumah KKN ada aja yang dilakuin bareng. Maen UNO, maen tebak-tebakan, maen rubik, ngobrol sana sini, jalan-jalan, maen monopoly, maen ular tangga, ludo, kartu cepek, apapun lah yang penting ramean. Dan itu sangat sangat menyenangkan. Hahaha...

Dan sekarang, selese udah KKN. Ninggalin Patakaharja, ninggalin Denas ma Abil, gak bareng-bareng serumah lagi, gak ada lagi cemong-cemong maen UNO.. sediiiiiiiiiiihhhhh...
aku gak nangis pas tadi pergi dari Patakaharja, tapi kenapa sekarang pengen nangis gini ya? Gak ada lagi rame-rame gosip di kamar sebelum tidur, gak ada lagi ngobrol-ngobrol ampe dini hari, gak ada lagi maen UNO mpe jam 1 pagi.. sediiiihhh.. yang ada sekarang sendirian aja di kamar kosan. Dan saya bosan. bosan kayak waktu aku sepanjang sora ngajakin kalian jalan-jalan. bosen banget...!!!
mo maen UNO tapi cuma sendiri, maen monopoli juga cuma sendiri... T.T
aduhhh, masa aku autis sendiri lagi balik ke nangor gini? ketemu ma jalan yang rame truk lagi, ktemu macet lagi, ktemu tugas litbang lagi, kampus lagi,,,

MAEN UNO YUUUKKK... ATO GAK MONOPOLI DEHHHH... MAENNN YUUUUUKKK...

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Saya dan persiapan KKN

Yeahh.. KKN..
Well.. akhirnya gw sampe di titik ini.. KKN.
Tempat gw KKN di Patakaharja, Rancah, Ciamis.. kurang lebih 3 jam lah dari rumah... hahah..
Tapiii.. asli deg2an dan males gilaaa..hahaha...
barang bawaan seabreg buat sebulan mule dari kaos ampe apa ajalah yg bisa bikin gak mati gaya di sana.. hahhaa
Bawaan gw adalah satu koper lumayan besar, satu tas lumayan besar, sama tas gendong kecil..koper isinya baju, jaket, bantal, selimut... tas isinya hitter, sabun2an, makanan, senter, abreg2an klo kata anbel.. tas kecil isinya buku, pulpen, dompet, Al Quran..
tadinya gw ngotot mau satu koper sama satu tas.. tapi emang itu gak mungkin.. karena emang gak cukup..hahah

Packing pertama dari hari minggu tapi cuma setengah karena gw ga ada bayangan apa aja yg perlu dibawa.. jadi deh malem sebelum berangkat packing total..
packing malem ini dibantuin sama teh nita, teh loa, teh ela ma fani..,, sambil ngedengerin keong racun.. hahah

asli deh, gw males KKN juli ini.. knapa ga juni kmaren aja sih.. knapa? karena juli ini adalah bulan terakhir teteh2 kosan di kos krn pada mo pindah.. huhu
jadi weh,, bsok gw pulang kkn dah pada pindah.. dan di juli ini bakal ada acara ngeliwet bareng dan gw melewatkan..
huwaaaaaaa...

so, mau gak mau, gw harus ikut KKN juli ini. gw gak mau mundur KKN ke januari bsok.. januari bsok gw harus dah mule job training.. gw pengen cepet lulus...
dan paling ga, KKN ini gw dikasih waktu buat pulang 3 hari.. sip lah.. kata si papa "iya, ntar dijemput klo mau pulang".. hehhe

YUP, tgl 1 juli ini saya harus brangkat KKN ke ciamis jam 6 pagi.. bakal kangen banget sama kamar kos aku tercinta, anak kosan, surabi telur si ibu, nasi goreng aceh, internet, capcay starcom, laptopku tersayang,,, so, wish me luck yaaa... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Ketika Waktu (Tak) Berpihak

Jika waktu bisa aku balikkan
Maka aku memilih waktu itu
Ketika aku masih memiliki kesempatan…


Entah sudah berapa lama aku tak bertemu dengannya. Mungkin dia sudah berubah, atau masih sama seperti dulu. Dan sekarang, aku menunggunya. Di café tempat kami biasa berbincang dulu, beberapa tahun lalu. Sudah 15 menit aku menunggunya, dia tak kunjung datang. Aku masih menunggunya ditemani segelas ice chocolate. Oh, aku melihatnya. Dia. Berjalan ke arahku, dia datang. Kemeja biru muda dengan celana hitam. Oh, dan kacamatanya, dia masih memakai kacamatanya. Tak ada yang berubah darinya. Dia masih seperti dulu.

“Kau sudah lama menunggu?”, tanyanya.

“Tidak. Baru lima belas menit”, jawabku dengan senyum sempurnaku.

Masih aku ingat betapa senangnya aku mendapat message darinya. Dua tahun aku tak mengetahui kabarnya dan semalan dia mengirimku message untuk bertemu di café ini. Dan dia masih sama seperti terakhir kali aku melihatnya, dua tahun lalu. Tak ada yang berubah darinya.

“Di mana kau sekarang? Aku tak mendengar kabarmu sejak dua tahun lalu”, tanyaku sedikit berbasa-basi. Ya, aku menyimpan penasaranku sejenak. Aku penasaran apa yang menyebabkan dia mengajakku bertemu di sini.

“Kau mencariku? Aku pindah bekerja ke Surabaya. Sengaja tak memberi kabar biar kalian mencariku, haha..”, candanya.

Kali ini, aku yakin dia masih persis sama seperti dulu. Selera humornya, tawanya, dan cara dia memperlakukanku. Semua masih sama.

“Kenapa kau masih saja narsis?”, tanyaku sambil berpura-pura marah.

“Hahaha… Kau tidak berubah Bella. Aku narsis? Kau lebih narsis, hahaha…”, balasnya.

Aku hanya bisa tersenyum. Ah, Ryan, kau tak pernah berubah sejak dua tahun lalu. Dua tahun lalu ketika kau memilih meninggalkan kota ini tanpa memberi tahu siapapun. Dua tahun lalu ketika kau sakit hati pada kawanmu sendiri tentang seorang perempuan. Ah, seandainya saja kau tahu.

“Jadi, apa yang terjadi selama dua tahun ini? Selama aku tak di sini?”, tanyanya semangat.

Aku tak tahu harus menjelaskan dari mana. Dari bagian kawannya yang menikah dengan pacar Ryan. Atau dari hidupku.

“Apa yang ingin kau tahu? Tentang Zara?”, tanyaku pelan. Zara, perempuan itulah yang membuat Ryan pergi dari kota ini. Perempuan itu yang mebuat persahabatan Ryan dengan Romy berantakan. Perempuan itu yang membuat aku tak bisa menghubungi Ryan selama dua tahun ini.

Wajah Ryan terlihat tenang. Tak ada rasa kesal di wajahnya. Bibirnya tersenyum tipis.

“Mereka menikah kan? Aku sudah tahu. Zara memberitahuku saat hari pernikahan mereka”, ujarnya tenang.

Aku terdiam mendengar ucapannya barusan. Tak ada dendam dari nada suaranya. Mungkin dia ikhlas. Atau mungkin ini seperti apa yang dikatakannya ketika terakhir kali dia bertemu dengaku dua tahun lalu. “Zara bebas menentukan dengan siapa dia akan hidup. Mungkin Romy yang terbaik untuknya. Aku tidak pernah marah dengan hal ini. Aku hanya kecewa dengan sikapnya yang tak jujur”, kata Ryan. Nada suaranya sama saat dia bilang Zara telah menikah. Tenang dan tak ada dendam.

“Kau tak tanya mengapa aku ingin bertemu denganmu?”, tanya Ryan.

Tentu saja aku ingin tahu.

“Ya”, jawabku singkat.

Aku melihatnya menatap mataku dalam-dalam. Aku tak tahu apa maksudnya. Dia terdiam sejenak. Mengalihkan pandangannya ke arah keluar café, memandang orang-orang yang berlalu lalang. Selalu, aku tak pernah bisa menebaknya meski bertahun-tahun aku mengenalnya. Dia sangat sulit untuk dibaca.

Ryan kembali menatapku, lalu menunduk.

“Ada yang ingin kau katakan?”, tanyaku perlahan.

“Ya”, jawabnya singkat.

“Tentang apa?”, tanyaku.

“Tentang kita”, jawab Ryan.

Tiba-tiba saja aku tak bisa berkata-kata. Mataku terpaku padanya, mencari keseriusan di matanya.

“Dua tahun lalu, aku mulai menyadari ada sesuatu yang hilang ketika aku pergi dari kota ini. Bukan Zara. Aku bahkan tak merasakan sakit ketika Zara meninggalkanku. Saat itu aku bersama Zara tapi aku tak merasakan sakit ketika dia bersama Romy. Bukankah itu aneh?”, tanyanya sambil menatap mataku.

Aku tak tahu harus menjawab apa.

“Hmmm… Aku tak tahu.., maksudku, ya, itu aneh”, jawabku sedikit bingung.

Ryan menyandarkan punggungnya ke kursi dan menghela napasnya.

“Saat itu juga aku merasa ada sesuatu dalam diriku. Ada sesuatu yang memaksaku untuk jujur pada diriku sendiri. Bukan Zara yang aku cari. Ada orang lain”, jelas Ryan.

Matanya menyiratkan dia mengatakan apa yang sebenarnya. Dia tak berbohong atau becanda kali ini. Dan aku di sini, menjadi ‘tong sampah’nya, mendengar semua cerita dan keluh kesahnya selama ini seperti tahun-tahun lalu.

“Siapa?”, tanyaku.

“Dia…. Ada di sini. Di depanku”, jawabnya sambil menatap mataku dalam.

Aku tak tahu maksudnya. Aku balas menatapnya, mencari keseriusan katanya.

“Ya, Bella. Kau yang selama ini ada di sini”, ujarnya sambil menunjuk dadanya. “Aku tak pernah menyadarinya bahwa selama ini aku mencintaimu sampai ketika aku pergi dua tahun lalu. Bahkan ketika bersama Zara pun, aku mencari sosokmu dalam Zara dan aku tak pernah menemukannya. Itu karena aku memang mencintaimu”, jelas Ryan.

Ah, Ryan, kau memang pandai mempermainkan hati perempuan. Kau bisa dekat dengan perempuan manapun yang kau mau dengan sifat ramahmu. Kau terlalu gampang memuji dan pandai mengambil hati mereka. Dan sekarang aku tak tahu keseriusanmu dan kebiasaanmu itu.

Aku masih menatap matanya dalam, masih mencari keseriusan ucapannya. Dengan dahu yang berkerut. Ya, aku tahu, matanya memancar keseriusan itu. Dia benar, dia serius.

“Sejak kapan?”, tanyaku.

“Sejak kelulusan itu. Saat aku mulai bisa membaca dirimu”, jawabnya.

“Kau membaca diriku? Kenapa selama ini kau tak membiarkanku membaca dirimu?”, tanyaku sedikit marah.

“Kau berusaha membacaku?”, tanyanya bingung.

“Ya. Kau tak pernah sadar itu? Selama ini kau artikan apa perhatianku?”, marahku.

Ryan mulai terlihat bingung melihat kemarahanku.

“Kau.. Aku tak pernah tahu.. Kau mencintaiku?”, tanyanya sedikit waspada.

“Sudah terlambat Ryan. Dua tahun ini aku selalu mencarimu, mencoba menghubungimu, tapi tak pernah bisa. Dua tahun ini aku ingin mengatakan semua padamu betapa aku mencintaimu. Tapi semua sudah terlambat”, marahku.

Aku melihatnya mengernyitkan dahi. Dia terlihat bingung. Perlahan dia menghembuskan nafasnya lalu mencoba tersenyum.

“Tak ada yang terlambat, Bella. Aku di sini. Kau baru saja mengatakan padaku. Tak ada yang terlambat”, ujarnya sambil tersenyum.

“Tidak Ryan. Aku.. aku akan menikah besok. Seandainya kau pulang lebih cepat, kau tidak akan pernah terlambat”, ujarku pelan sambil menatapnya. Aku melihatnya terkejut. Kulangkahkan kakiku menjauhi meja kami, berjalan menjauhinya lalu keluar café. Ryan masih duduk termangu. Tatapan matanya kosong. Mendengarnya mencintaiku adalah hal terindah dalam hidupku. Namun aku sangat sakit, menyakitinya seperti ini. Ah, Ryan, seandainya saja kau pulang lebih cepat…

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tragedi Parhon, sesaat sebelum liburan

Saya udah di rumah.. dan itu sangat menyenangkan.
Hari sabtu lalu gw pulang setelah sebelumnya gw ke Tasik buat ke nikahan Ami. Pagi-pagi gw nyiapin baju buat gw bawa pulang dan siap-siap kondangan. Akhirnya gw mwmutuskan pake rok. Gtw kenapa, naluri cewe gw lagi keluar jadi weh pake rok.
dah dandan cantik gtu ada fakta yang sangat memberatkan, gw harus bawa ransel besar berisi baju dan laptop gw. Yap, gw bawa2 gembolan ke kondangan. Yasudahlah, daripada pulang ga bawa baju..

Jam 9 gw ke tempat anbel dengan kostum kondangan dan gembolan gw dan gw cuma menemukan anbel sendiri di sana. Belum ada yg datengggg....!!! Jam 10 baru komplet deh yg mo ke nikahan Ami, yaitu gw, anbel, erni, lingga, gifar, n anju. eh blum komplet, si Cahoy belum dateng karena dy kesiangan dan jam 10 itu dy masih nunggu bis di Cimahi buat ke nangor. Akhirnya diputuskan Cahoy ditinggal dan ketemu di Tasik aja. Jadilah kita naek angkot dulu ke Dangdeur dan melanjutkan ke Tasik naik bis.

Sayangnya, kita dapet bis yg bisnis ac yg harganya di luar perkiraan kita: 25 ribu. Padahal kita rencananya mo naik bis ekonomi yg ke tasik yg 8ribuan.. tapi batal.. nyampe tasik kita suruh turun di PARHON dan dijemput kakak Ami. Setengah jam di PARHON blum ada akang ganteng yg berbatik ungu (kyk yg dikasih tw iken) keliatan. Bakso bumbu+kecap 3 porsi dah abis dimakan bareng, tp si kakak Ami belum keliatan. Jam 1 lebih baru deh ketemu dan diputuskan kita nunggu si Cahoy yg waktu itu dah nyampe di Pamoyanan. Si lingga nyuruh Cahoy turun di pertigaan PARHON dket bengkel ban yg ada tulisan DUNLOP. Tapi inilah awal tragedi itu sodara2..

Pas kita liat bis Primjas yg dinaikin cahoy dateng, kita dah siap2 tuh berdiri nunggu cahoy. tapi ternyata bis itu lewat begitu aja. Ternyata Cahoy dah turun di PARHON yang deket SD. Pas ditelpon ana, cahoy di suruh naik angkot ke pertigaan PARHON deket DUNLOP tmpat kita berada. Dan ini lebih dket dengan tragedi itu. Lama gak muncul, si cahoy ditelpon lagi. Katanya "gw dah naik angkot ini. tapi angkotnya masuk ke jalan kecil, buakan jalan besar". Yak, tepat sekali, cahoy nyasar.
Si lingga kemudian ngomong ke cahoy..
Lingga : "bukan masuk jalan kecil hoy. ke jalan besar. kmu teh tadi harusnya lurus aja. Naha kmu masuk jalan kecil?"
Cahoy : (kagak jelas ngomong apa, kan telponan dy ma lingga)
Lingga : "Ywda, kmu balik aja. Choy,, loh.. ini siapa? Lho.. kok abangnya.. Ih.. naha dikasih sama supir angkot? loohh kok saya yg ngomong sama abang angkot?"
Anak2: huahahahahahahahhahahahahah....

Ya akhirnya kita balik lagi ke SD tempat Cahoy nyasar itu. Baru deh Cahoy ketemu dengan muka nyaris putus asa nyari PARHON.
Cahoy : "supir angkotnya aneh ih. Tadi gw mau naik angkot bilang Parhon masa gak boleh. Maksudnya ya biarlah klo gw salah juga, kan gw juga bayar. eh malah disuruh naik angkot yang itu. giliran naik angkot yang itu trus gw salah jalan, minta turun malah gak boleh. Aneh kan supir angkotnya."
hahaha,, sumpah donk ya,, kasian bgt tuh anak,, nyasar gtu
Cahoy : "Sumpahlah, tadi klo gak ketemu dah mau pulang aja."
Gw : "Ah lo hoy, di gunung aja berani masa di kota gini gak berani"
Cahoy : "Beda la, klo di gunung kan ada peta bisa baca tuh peta. Klo di kota gini nanya orang malah meyesatkan".

Akhirnya, kita sampai di nikahan Ami. Dan Ami cantik bgt..!!
Foto-foto sama pengantin, foto2 sendiri, makan ini makan itu, ngerampok souvenir nikahan Ami, seru lah.. hihihi..
Anyway, SELAMAT YA AMI..!!
Di rumah ami tuh mpe jam setengah 5, baru deh abis itu gw nebeng ma wikan dan bokapnya buat ke terminal bisa buat balik ke cilacap. Dan ternyata terminal bisnya jauh sekali... hahaha..
Gw akhirnya naik bis yg tasik-semarang via kebumen-gombong. Dari tasik jam setengah 6 sore dan gw turun di wangon jam 9 malem. Capek? gak sih, cuma ngantuknya aja yg gak nahan.. hahhaaha...

HAPPY HOLIDAY GUYS... :D

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Tak Tahu dan (mungkin) Takkan Pernah Tahu

Senja mulai datang. Tak sendiri, bersama angin sepoi yang menungguku di sini. Di pantai tenang ini. Sepi dan senja serta berteman angin, hanya ada aku yang duduk di sini, di tepi pantai. Sesekali ombak datang menyapa lalu pergi lagi. Aku menikmatinya, menikmati kemesraanku dengan senja di pantai ini. Entah mengapa aku menikmati suasana ini. Aku merasa begitu tenang. Memulai ceritaku pada alam dalam diam yang takkan pernah dimengerti siapapun.

Dia seperti ombak itu, datang sebentar lalu pergi. Tak pernah tinggal lama untuk menemaniku. Hanya sejenak, memberi senyum, lalu kemudian menghilang. Ah, kau sangat pintar mempermainkan perasaan. Kau dan permainan teka tekimu ini. Bagaikan bermain peran lalu peranmu selesai. Tak berlanjut. Sedangkan aku, seperti penonton yang menyaksikanmu bermain peran mempermainkan setiap hati atau aku yang menjadi objek permainanmu. Entahlah.

Aku berusaha memberi batas dari awal. Aku bahkan tak tahu awalnya. Entah dari mana aku memberi batas, entahlah, aku sudah lupa, tak tahu lebih tepatnya. Entah sudah berapa kali aku terbawa permainanmu. Aku selalu tersenyum saat melihat kau dan dia. (Berpura-pura) senang melihat kau dan dia. Awalnya aku masih berada dalam batas yang aku buat. Tapi sekarang, aku tak tahu lagi di mana batas itu. Aku tak bisa melihat batas itu lagi dan membiarkanku terus saja terbawa arus. Aku senang? Muak aku dengan semua perasaanku sendiri, dengan tawaku, senyumku, sedihku, semua rasaku.

Aahh.. aku benar-benar lelah.. Kau datang menghilang, selalu. Ingin aku hentikan semua dan memberi batas lagi. Tapi kau terlalu pandai hingga aku tak mampu lagi memberi batas. Permainanmu benar-benar tak dapat dimengerti. Aku tak tahu dengan semua permainanmu. Dan mungkin aku takkan pernah tahu maksud semua sikapmu, permainanmu. Apa yang kau cari?

Senja semakin redup. Laut semakin merangkul dingin badanku. Camar itu datang dan berteriak menyemangatiku. Aku sudah tak peduli. Aku sudah penat dengan permainanmu dan batas yang aku langgar sendiri. Ombak masih saja menderu di hadapku seakan dirimu yang terus saja datang dan pergi. Dan seperti diriku yang masih saja belum dapat membacamu sepenuhnya.

Bintang mulai muncul dan senja semakin meninggalkanku. Senja itu sudah mendengarkan semuanya. Tentang rasaku. Tapi kau belum mendengarnya. Aku yang tak mau memberitahumu. Aku yang membiarkan semua begini.

Senja, hanya ini yang ingin aku bagi denganmu sore ini. Aku tak tahu bagaimana nanti karena bukan aku yang mengatur permainan ini.

Aku berdiri meninggalkan pantai berbalik arah ke rumah. Meninggalkan senja di pantai itu dan meninggalkan jejak langkah di pasir putihnya. Lalu berbisik pelan, "Ini beda. Bohong kalau aku bilang aku tidak menyayanginya"

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

A pray for My Beloved Friends

Ini bukan kisah saya
Bukan..
Ini kisah tentang mereka berdua
yang memiliki banyak mungkin

Awalnya si lelaki menaruh hati pada si perempuan
banyak cerita yang diberikannya pada perempuan itu
menggodanya mungkin lebih tepat
lewat sms dan senyum saat mereka bertemu

Sang perempuan menanggapi dengan senyum
Dan cerita tak henti pada saya
Tapi menganggap semua biasa
Seperti teman lainnya

Kemudian keadaan berubah
sang lelaki berhenti mengirim sms menggoda
Berhenti mengirim cerita lucu dan pertanyaan tak penting
Dia menjadi sosok berwibawa dan tenang

Sang perempuan kehilangan sosok lelaki itu
Tapi dalam kehilangan itu saya tahu
Sang perempuan menaruh rasa pada sosok baru sang lelaki
Wibawa dan tenang

Setiap cerita sang perempuan menyiratkannya
Kebahagiaan yang dirasanya setiap bertemu
Kebahagiaan yang dirasanya saat sms
Dan harapan-harapannya untuk pertemuan selanjutnya
Senyum perempuan itu disimpannya untuk sang lelaki
Penantian dan tawanya mungkin hanya untuk lelaki

Saya tahu, lelaki itu juga menaruh rasa pada perempuan itu
Jauh di dalam hatinya
Lelaki itu pernah berkata pada saya beberapa waktu lalu
Tapi saya yakin rasa itu masih ada untuk sang perempuan
Dari sikap sang lelaki pada sang perempuan
Dari tulisan sang lelaki untuk sang perempuan
Keduanya teman saya
Dan saya menyayangi mereka
Tuhan, semoga mereka bisa bersama... amin..


-Lala-
01032010

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Berpihaklah Padaku Kali Ini --- Part II

Banyak kata tentangmu yang ingin kutulis
Tapi kata saja tak mampu menceritakanmu
Ingin kuceritakan dengan segala mimik
Tapi semua tak cukup
Karena kau lebih dari kata dan mimik

Harusnya dari awal aku tunjukkan
Bukan sekarang
Saat semuanya hampir menghilang
Saat semuanya hampir terlupa olehmu

Saat dekat semua terasa malu untuk muncul
Saat jauh yang terasa inginkanmu untuk tetap di sini
Di sampingku...

Dan di sini
Hanya bisa melihatmu, tersenyum getir
Mengucap pelan
Berpihaklah padaku kali ini



02022010
Laa

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Berpihaklah Padaku Kali Ini --- Part I

"Kali ini saja, biarkan aku menggenggamnya erat".
Banyak kata yang ingin aku ucapkan tentang dia. Tapi kata saja tak cukup menggambarkannya. Mungkin kata tak mampu menceritakan tentangnya. Hanya melihat lalu kau akan tahu.

Banyak kata yang ingin kugambarkan tentang perasaanku. Tolong jangan biarkan aku menangis lagi. Lelah sudah aku mengeluarkan air mata. Bahkan air mata dan kata saja tak bisa mewakili semua perasaanku. Jadilah aku, dan kau akan merasakannya.

Romantisme itu terus menari dalam benakku. Menghamburkan semua impian insan. Lalu menanamkannya dalam pikiranku dan terus membayang. Romatisme yang didambakah itu??

Tapi untuk kali ini, berpihaklah padaku hai amore..


02022010
-lala-

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Menanti Hangat

Baru saja hujan reda. Meninggalkan puluhan genangan air. Tapi mendung itu masih ada. Setidaknya di sini. Dalam diri.
Dingin telah usah. Menyudutkan hangat yang kemudian hilang entah ke mana. Dingin itu yang sekarang berkuasa. Hanya ada dingin lalu kaku. Perlahan aku menghangatkan dingin, membiarkan panas kembali berkuasa. Hangat setidaknya.

Dingin itu masih saja berkuasa. Panas yang kusebar belum saja terasa. Lambat laun dingin pasti melemah, melepas seluruh cengkramannya padaku. Lalu hanya hangat yang memelukku.

Sampai nanti, sampai hangat itu datang, aku akan menunggu. Dan ketika hangat memelukku, aku tak akan melepasnya sedetikpun. Karena hangat itu dia....

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments

Sastrawan, Impian yang Tercapai

Oleh Eka Merdekawati K.S.


“Saya menemukan bahwa puisi menjadi medium yang tepat untuk mengekspresikan perasaan saya. Saya berdoa pada Allah, kalau saya dikaruniai umur panjang, saya akan terus berkarya”, ujar Taufiq Ismail pelan namun pasti. Keinginannya untuk terus menulis bukanlah untuk sebuah hobi, namun dengan menulis puisi, ia bisa menulis apa saja yang dia lihat dan rasakan.

Taufiq Ismail dibesarkan dalam keluarga guru. Sang ayah, A. Gaffar Ismail dan ibunya, Timur M. Nur, merupakan guru. Orangtuanya aktif dalam kegiatan kemerdekaan Indonesia. Keaktifan ayahnya dalam kegiatan itulah yang membuat ayah Taufiq dibuang ke Pekalongan. Taufiq Ismail sendiri lahir di Bukittingi, 25 Juni 1935, anak kedua dari enam bersaudara.

Perkenalan Taufiq dengan sastra dimulai dengan hobinya yang gemar membaca. Kedua orangtuanya memiliki banyak buku dan juga gemar membaca. Hobi orangtuanya inilah yang menurun pada Taufiq. Sebulan sekali, ayahnya membelikan buku untuk Taufiq. Novel pertama yang dibaca Taufiq Ismail adalah Tak Putus Dirudung Malang karya Sutan Takdir Alisjahbana, yang dibacanya ketika kelas 3 Sekolah Rakyat.

Taufiq sendiri melewati masa sekolahnya di sekolah rakyat dengan berpindah-pindah. Dia bersekolah di sekolah rakyat Solo, kemudian berpindah-pindah ke Semarang, Salatiga, dan tamat di Yogyakarta. Memang sejak jaman pendudukan Jepang, Taufiq mengikuti orangtuanya yang sering berpindah kota.

Ketika jaman penjajahan Jepang itulah ayah Taufiq menjadi seorang wartawan di Sinar Baru dan menulis tajuk rencana. Membaca tulisan ayahnya di koran inilah membuat Taufiq terkagum-kagum dan berpikir bagaimana caranya membuat tulisan yang panjang. Ibunya juga menulis puisi dan pantun dalam majalah pergerakan perempuan. Hal ini memberikan pengaruh yang besar bagi Taufiq Ismail. “Saya ingin meniru mereka,” ucap Taufiq. Puisi pertamanya yang dimuat dalam koran Sinar Baru dibuat ketika Taufiq masih sekolah di sekolah rakyat. Perasaan bangga dan senang tak terbendung dalam dirinya.

Ketika SMA di Pekalongan, Taufiq dan teman-temannya berlomba untuk mebuat tulisan di media massa. Ia dan teman-temannya meminjam buku dari perpustakaan kota, lalu membaca dan mendiskusikan buku-buku yang dipinjamnya. Keinginannya saat itu adalah tulisannya bisa dimuat di surat kabar Jakarta karena pada saat itu, jika tulisan dimuat dalam media massa terbitan Jakarta berarti orang itu hebat. Tulisannya ketika SMA sempat dimuat dalam majalah Kisah. Kegemaran Taufiq akan membaca buku inilah yang membuatnya bercita-cita menjadi sastrawan ketika SMA.

Di SMA pula, Taufiq Ismail mendapatkan beasiswa dari American Field Service International Scholarships 1956-1957 untuk belajar di Milwaukee, Winconsin. Di sana, Taufiq bersekolah di Whitefish Bay High School, dan mendapatkan pelajaran sastra yang berbeda dengan di Indonesia. “Lainnya itu, kau harus banyak membaca buku dan kemudian didiskusikan di kelas,” ujar Taufiq. Tak jarang, ia harus membaca buku sebanyak 50 halaman per hari.

Saat liburan musim semi, Taufiq ditawari pekerjaan di ladang peternakan yang luas untuk memanen gandum, memberi makan ayam dan sapi, dan memerah susu sapi. “Itu pekerjaan berpeluh-peluh”, kata Taufiq. Dari tempat itulah impiannya terbangun untuk menjadi sastrawan dengan mencari nafkah dengan peternakan. “Nanti saya kalau sudah pulang dan berumah tangga, saya akan memiliki sebuah tanah pertanian yang luas seperti ini, kemudian saya akan menanam rumput, beternak memelihara sapi dan ayam, dan membangun rumah lantai tiga lalu di dekat jendela kaca saya duduk mengetik puisi”, kata Taufiq menceritakan impiannya dengan semangat. “Saya ingin menjadi pengusaha peternakan, agar saya bisa menafkahi anak dan istri saya setelah saya berumah tangga,” terangnya.

Karena itulah setelah lulus dari SMA, Taufiq Ismail memilih berkuliah di Fakultas Kedokteran Hewan dan Peternakan, Universitas Indonesia, Bogor (sekarang Institut Pertanian Bogor) untuk mewujudkan cita-citanya itu. “Saya bersyukur, orangtua saya tidak mengharuskan saya masuk ke sekolah apa. Dan itu saya terapkan pada anak saya,” cerita Taufiq.

Meskipun Taufiq kuliah di FKHP, ia masih terus menulis dan ikut dalam kegiatan kesusastraan seperti lomba deklamasi. Dari kegiatan sastra inilah dia mengenal banyak sastrawan seperti HB Jassin dan Rendra. “Sastrawan-sastrawan ini berkumpul di Jakarta, jadi saya bolak-balik Bogor Jakarta untuk ikut sehingga saya kenal baik dengan sastrawan,” jelas Taufiq.

Setelah tamat kuliah, Taufiq Ismail juga aktif dalam politik. Ia ikut menandatangani Manifes Kebudayaan pada 1963 yang bertentangan dengan kubu Lekra atau PKI. Karena menandatangani Manifes ini, Taufiq batal dikirim untuk studi lanjutan ke Universitas Kentucky dan Florida dan dipecat sebagai asisten dosen di IPB. “Jadi hari Jumat saya mestinya berangkat ke Amerika, nah hari Seninnya itu diumumkan di surat kabar bahwa Manifes dilarang oleh Presiden Soekarno. Padahal saya sudah pegang passport dan tiket,” terang Taufiq Ismail.

Dipecatnya Taufiq Ismail dari IPB, membuat impiannya ketika SMA untuk menjadi pengusaha peternakan gagal. “Padahal rencana saya sudah matang. Saya mau buka usaha peternakan di sebuah pulau di Selat Malaka dan udah survey,” terang Taufiq. Namun ia berhasil mewujudkan impiannya yang lain ketika SMA, menjadi sastrawan. “Saya gagal menjadi pengusaha peternakan. Namun, alhamdulillah saya berhasil menjadi sastrawan,” ucap Taufiq.

Oleh HB Jassin, Taufiq Ismail dimasukkan dalam sastrawan angkatan 66. Penggolongannya dalam angkatan 66 menimbulkan sedikit kerisauan dalam dirinya. “Saya risau, jangan-jangan saya terpaku pada angkatan itu. Sementara saya masih mau terus berkarya pada tahun-tahun berikutnya, 10, 20 tahun sesudah itu,” ucap Taufiq. Taufiq tidak ingin karya yang dia buat berpuluh tahun setelah tahun 1966 dimasukkan dalam angkatan 66.

Taufiq Ismail merangkum protesnya terhadap Orde Lama dalam kumpulan puisinya yang berjudul Tirani dan Benteng. Ia juga menerbitkan kumpulan puisinya yang berjudul Malu(Aku) Jadi Orang Indonesia yang berisi protes pada Orde Lama. Ketika ditanya akankah ia menerbitkan buku mengenai jaman reformasi, ia tersenyum, “Waduh, belum. Ini sekarang Keadaan lebih jelek daripada dulu. Tapi saya akan tetap merespon,” jawabnya.

Kembalikan Indonesia Padaku, puisi karya Taufiq Ismail ini sempat dilarang oleh pemerintah. Pembacaan puisi ini untuk lomba juga dilarang di Jawa Tengah. Alasannya, puisi ini dianggap tidak mendukung semangat pembangunan. “Ada suatu pesimesme di dalamnya. Itu sebabnya dilarang,” terang Taufiq.

Menurut Anang Nurasa, guru Bahasa dan Sastra Indonesia SMA Negeri 1 Cilacap yang pernah mengikuti Membaca, Menulis dan Apresiasi Sastra (MMAS) dengan Taufiq Ismail, menilai Taufiq Ismail adalah seorang penyair yang fenomenal. “Berbicara Taufiq Ismail berarti berbicara sejarah. Puisinya tidak kenal waktu, karena berkaitan dengan sejarah semenjak pemerintahan Presiden Soekarno hingga masa reformasi dan sampai sekarang masih relevan,” tukas Anang.

Tahun 1971, Taufiq menikah dengan Esiyati Yatim, yang merupakan teman adiknya. Dari pernikahnnya, ia mendapatkan seorang putra, Bram. Anang bercerita, Bram tidak terlalu menyukai puisi dan Taufiq sendiri tidak memaksa anaknya untuk kuliah di sastra.

Puisi-puisi Taufiq Ismail tidak hanya sekedar dibaca dan dibukukan. Beberapa puisinya bahkan dinyanyikan oleh Bimbo, Ian Antono, hingga Gita Gutawa. Berawal dari tahun 1972, ketika Pertemuan Sastrawan Indonesia di Taman Ismail Marzuki. Saat itu. Ramadhan K.H., sekretaris Pelaksana Dewan Kesenian Jakarta mengajukan gagasan agar sebuah grup musik menyanyikan sajak penyair untuk dipentaskan dalam acara Pertemuan Sastrawan tersebut. Gagasan itu disetujui dan dipilihlah Bimbo untuk menyanyikan sajak dari penyair. Sam Bimbo sendiri memilih untuk menyanyikan sebuah puisi karya Taufiq Ismail yang berjudul Dengan Puisi, Aku. Kejadian itulah yang memulai kerja sama Taufiq Ismail dengan Himpunan Musik Bimbo. Taufiq menuliskan lirik untuk mereka dengan tema yang dibicarakan bersama. Beberapa puisi Taufiq Ismail yang dinyanyikan musisi antara lain Dunia Ini Panggung Sandiwara, Lebaran Sebentar Lagi, Pintu Sorga, dan Ketika Tangan dan Kaki Berkata. Kerjasama dengan para musisi ini, telah menghasilkan sekitar 96 lagu hingga tahun 2008.

Tahun 2008 lalu, Taufiq mengeluarkan buku Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit yang berisi karyanya sejak tahun 1953 hingga 2008. Buku tersebut menandakan kiprah Taufiq selama 55 tahun dalam bidang sastra. Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit sendiri terbagi menjadi empat jilid yaitu Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 1 kumpulan puisi, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 2 kumpulan prosa, Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 3 kumpulan prosa, dan Mengakar ke Bumi Menggapai ke Langit 4 kumpulan lirik lagu.

Kecintaannya pada sastra telah memberikannya sejumlah penghargaan seperti Anugerah Seni dari Pemerintah RI pada 1970, South East Asia Write Award dari Kerajaan Thailand tahun 1994, Anugerah Habibie Award dalam Sastra tahun 2007. Taufiq Ismail juga memperoleh gelar Doctor Honoris Causa dalam Pendidikan Sastra dari Universitas Negeri Yogyakarta tahun 2003 dan gelar Doctor Honoris Causa dalam Sastra dan Budaya dari Universitas Indonesia tahun 2009.

Taufiq Ismail juga membantu LSM Geram (Gerakan Anti Madat) dalam kampanye anti narkoba dengan menulis puisi dan lirik lagu yaitu Genderang Perang Melawan Narkoba dan Himne Anak Muda Keluar dari Neraka. Dalam kegiatan ini, Taufiq bersama 4 tokoh masyarakat lain mendapat anugerah dari Presiden Megawati Sukarnoputi tahun 2002. Tak hanya itu, Taufiq juga membantu Yayasan Lembafa Konsumen Indonesia dalam kampanye anti nikotin dengan membacakan puisinya tentang bahaya asap rokok dalam kumpulan sajak Tuhan Sembilan Senti.

Taufiq Ismail bersama sastrawan lain melakukan Gerakan Sastra Horison sejak tahun 1998, dalam usaha majalah sastra Horison untuk meningkatkan budaya membaca buku, menulis karangan dan apresiasi sastra di sekolah. Kegiatan dari gerakan tersebut seperti program MMAS (Membaca, Menulis, dan Apresiasi Sastra) untuk guru, melakukan SBSB (Sastrawan Bicara, Siswa Bertanya), dan menyalurkan tulisan siswa dan guru dalam sisipan Kakilangit dalam majalah sastra Horison. Program yang dilaksanakan sejak 1998 hingga 2008 ini, akan terus berjalan seperti yang ditegaskan Taufiq Ismail. “Oh, pasti program ini akan dilanjutkan pada tahun-tahun berikutnya,” tegas Taufiq.

Taufiq lalu menghimpun kegiatan dalam Gerakan Sastra Horison pada sebuah Rumah Puisi. Rumah Puisi yang berada di Nagari Ai Angek, Kabupaten Tanah Datar, Sumetera Barat ini didikan Desember 2008 lalu dengan modal awal 7.000 judul buku. Sebelumnya, Taufiq mendapatkan Habibie Award dalam bidang Sastra pada 2007, yang kemudian uang hadiah tersebut digunakan untuk membangun Rumah Puisi ini. Dalam Rumah Puisi tersebut terdapat beberapa kegiatan seperti Pelatihan guru Bahasa dan Sastra Indonesia, membaca dan berlatih menulis siswa Sanggar Sastra, dan apresiasi sastra Indonesia dan Minangkabau. Istrinya, Esiyati Yatim, ikut membantu Taufiq mengurus Rumah Puisi yang didirikannya ini. “Dia yang jadi motornya, sehingga bisa membangun Rumah Puisi,” tukas Taufiq.

Kini, Taufiq Ismail tengah sibuk menguruh Rumah Puisi-nya yang didikiran di Nagari Ai Angek, Sumatera Barat. “Secara teoritis, saya dua minggu di Sumatera Barat, dua minggu di Jakarta,” terang Taufiq. Selain itu, pria yang ikut mendirikan Taman Ismail Marzuki, Dewan Kesenian Jakarta dan majalah sastra Horison ini, menjabat sebagai Ketua Badan Pembina Yayasan Bina Antarbudaya yang bekerja sama dengan badan beasiswa American Field Service International Scholarships, Amerika Serikat.
Orangtuanyalah yang dinilai Taufiq paling berjasa dalam hidupnya. “Merekalah yang memberi contoh pada saya supaya saya membaca buku,” ucap Taufiq. Guru-gurunya pun berjasa dalam hidupnya, terutama Mrs. Clara Czarkowski, gurunya ketika di Whitefish Bay High School yang mengenalkan Taufiq pada sastra dunia.

Anang menilai, Taufiq Ismail merupakan sosok yang religius. “Dia tumbuh dalam lingkungan pendatang tetapi islami dan orangtuanya menanamkan nilai-nilai islami dan budaya membaca,” ujar guru Bahasa dan Sastra Indonesia yang mendapat julukan “Madurasa” dari Taufiq Ismail ini. Sedangkan Taufiq sendiri menilai dirinya adalah puisi yang dia tulis. Apa yang dilihat dan dirasakannya dituangkan dalam puisi. “Ekspresi diri saya itu bisa dilakukan dengan penuh di dalam puisi,” ujar Taufiq Ismail.

  • Digg
  • Del.icio.us
  • StumbleUpon
  • Reddit
  • RSS
Read Comments